Tuesday, 19 May 2009
Ratusan Kepala Keluarga Masih Tinggal di Tenda Pengungsian
POLEWALI(SI) – Ratusan kepala keluarga (KK) yang merupakan korban banjir bandang di Desa Petoosang, Kec Alu,Kab Polewali Mandar (Polman),yang kehilangan rumahnya awal Januari lalu,hingga kini telantar dan masih bertahan di tenda-tenda darurat.
Selain telantar, kondisi korban juga memprihatinkan.Bahkan,sebagian dari mereka terpaksa minum air hujan karena tak ada sumber air yang layak di lokasi tersebut. Sementara janji Pemkab Polman untuk mengucurkan bantuan perumahan kepada para korban banjir hingga kini belum terwujud.
Kondisi tersebut sudah berjalan lima bulan lebih dan terpaksa sebagian warga membangun rumah darurat dengan memanfaatkan sisa bangunan dan bongkahan kayu yang terbawa arus banjir. Tulus, 30, salah seorang korban banjir,masih bertahan di tenda darurat yang berukuran 2x3 meter.
Tulus dan suaminya tak mampu mendirikan bangunan layak pascarumahnya diterjang banjir hingga hancur. Saat hujan melanda lokasi tersebut, dia bersama keluarganya kadang menumpang dan berteduh di rumah tetangganya hingga hujan surut.
“Kami terpaksa bertahan di tenda darurat karena belum ada bantuan dari pemerintah yang menjanjikan perumahan bagi korban banjir Petoosang.Kami juga tidak sanggup membangun rumah darurat dari sisa reruntuhan rumah,” katanya kepada sejumlah wartawan yang datang ke lokasi reruntuhan banjir Polman tersebut.
Janji pemerintah merelokasi ratusan korban banjir yang kehilangan rumah,harta benda,dan sanak keluarga ke tempat yang layak, hingga kini belum terealisasi.Bahkan, tak sedikit korban banjir cemas dan trauma.Mereka khawatir lokasi tenda mereka akan terseret banjir lagi jika hujan turun.
“Terus terang saja kami masih trauma dengan banjir yang melanda daerah ini. Saat hujan turun kami takut tenda yang ditempati terbawa banjir kembali, tapi mau mi diapa begitulah yang ada sekarang,” tuturnya.
Camat Alu Aksan Amrullah juga menyayangkan respon pemerintah pusat yang terkesan lamban sehingga korban banjir Polman awal Januari lalu,itu masih berdiam diri dan tetap tinggal di tenda pengungsian. Padahal,musibah banjir yang menewaskan 13 warga Polman dan merusak ratusan rumah warga tersebut telah berlalu selama lebih kurang lima bulan.
“Janji pemerintah pusat dalam hal ini Dinas Sosial untuk mengucurkan Rp15 juta setiap warga korban banjir hingga kini belum dikucurkan. Padahal,banyak warga tak mampu mendirikan rumah setelah rumahdanhartabendamerekahancur diterjang banjir banding.Hal ini seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah,”katanya. Ratusan keluarga korban banjir tersebut juga merasa dianaktirikan pemerintah pusat.
Bahkan,mereka mengancam akan memboikot pemilihan presiden (pilpres) mendatang apabila hingga akhir Mei mendatang, pemerintah tidak segera turun tangan menyalurkan bantuan perumahan yang pernah dijanjikan sebelumnya.
Wakil Bupati Polewali Mandar Nadjamuddin Ibrahim yang dihubungi menyatakan, pihaknya menyayangkan sikap Departemen Sosial (Depsos) yang hingga saat ini belum juga mengucurkan bantuan tersebut. Padahal, pihak pusat telah melakukan verifikasi dan pendataanterkaitberaparumahyanghancur dan kerugian yang dialami warga setempat dan berjanji memberikan bantuan.
“Hingga saat ini, tidak ada sepersen pun bantuan yang diberikan pemerintah pusat melalui APBN sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya. Bahkan, mereka (pusat) telah turun langsung meninjau lokasi banjir, kami sangat menyayangkan tindakan itu,”ungkapnya kepada SI kemarin.
Menurut Nadjamuddin, pemerintah kabupaten telah memberikan bantuan dana bagi setiap KK korban banjir sebesar Rp2,5 juta yang berasal dari APBD Polman dengan total anggaran sekitar Rp1,1 miliar lebih. (abdullah nicolha).
No comments:
Post a Comment