Friday, November 12, 2010

Fasilitas Asrama Dikeluhkan

Monday, 08 November 2010
MAKASSAR (SINDO) – Sejumlah calon haji (calhaj) asal Sulawesi Barat (Sulbar) mengeluhkan fasilitas air conditioner(AC) yang disediakan pengelola Asrama Haji Sudiang karena tidak berfungsi maksimal.

Akibatnya, sejumlah calhaj, terutama pria, terpaksa membuka baju didalam kamar karena merasa kepanasan, meski AC telah dinyalakan. “Saya terpaksa buka baju di tengah malam karena kepanasan dan tidak bisa tidur.AC sudah dinyalakan, tetapi tidak berfungsi maksimal dan buktinya masih panas,”ujar salah seorang calhaj asal Sulbar, Ahmad, kepada SINDO di Asrama Haji Sudiang Makassar kemarin.

Hal tersebut mungkin terjadi karena fasilitas AC yang disediakan tidak sesuai kondisi ruangannya yang ditempati beberapa orang. Seharusnya daya tampung kamar disesuaikan dengan pendingin ruangan agar calhaj nyaman saat beristirahat.

Hal senada diungkapkan calhaj lain asal Kabupaten Pangkep yang tergabung dalam kloter 40, Ismail Hamid. Menurutnya, sejak masuk Asrama Haji pada pagi harinya hingga siang kemarin,dia tidak bisa beristirahat cukup di kamar karena kepanasan.

“Terus terang kami di wisma 5 tidak bisa istirahat tidur siang karena panas sekali seperti terpanggang sehingga kami keluar dari kamar,” ungkapnya kepada SINDO di Asrama Haji Sudiang Makassar kemarin.

Meski mengenakan pakaian tipis, dia tetap merasa kepanasan. Akibatnya, waktu istirahat sebelum pemberangkatan tidak maksimal digunakan jamaah. “Jadi,kami tidak nyaman di kamar dan terpaksa keluar karena biar sudah memakai baju tipis tetap saja panas,”tutur dia.

Ismail berharap masalah semacam ini dapat segera dibenahi agar jamaah yang masuk dapat merasa nyaman.Dia juga mengaku telah menyampaikan masalah tersebut kepada pengelola Asrama Haji Sudiang untuk segera dibenahi.

Kepala Seksi Penyuluhan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Sulbar Dahri Patong juga mengeluhkan hal serupa.Menurutnya, kondisi di kamar terasa panas karena AC yang disediakan panitia tidak berfungsi maksimal yang mengakibatkan jamaah tidak nyaman berada di kamar.

Kepala Bidang (Kabid) Tatagraha BPAH Asrama Haji Sudiang Makassar Abd Rasyid Usman yang dikonfirmasi SINDO, membantah ada AC yang tidak menyala atau rusak.Sebelum proses penerimaan calhaj,seluruh fasilitas yang ada di asrama telah dicek dan yang rusak diganti,termasuk AC.

“Sebelum proses penerimaan calhaj,semua fasilitas sudah dicek dan bisa digunakan,tapi tidak tahu pastinya kalau memang ada yang rusak, cuaca panas yang dirasakan memang terjadi,saya di kamar juga merasakannya,mungkin itu karena padatnya jamaah, ”ungkapnya.

Dari informasi yang dihimpun, semua kamar yang ada di Asrama Haji Sudiang difasilitasi semua dengan satu AC, tapi dalam beberapa hari terakhir hal itu dikeluhkan sejumlah calhaj karena dinilai tidak berfungsi maksimal. (abdullah nicolha)

Sunday, November 7, 2010

Masalah Kejiwaan Mengancam Jamaah

Saturday, 06 November 2010
MAKASSAR (SINDO) – Masalah kejiwaan menjadi ancaman serius jamaah calon haji (calhaj).Hal ini dipengaruhi suasana serta iklim di Arab Saudi sangat berbeda dan tidak biasa dialami sebelumnya atau lazim disebut kondisi matra.

Kondisi ini rentan bagi calhaj yang berasal dari daerah terpencil yang tidak terbiasa dengan keramaian atau kebisingan. Salah satu contohnya budaya antre dan berada di tengah jutaan umat manusia sangat potensi memengaruhi psikologis jamaah.

“Masalah kejiwaan memang rentan dialami, apalagi mereka yang berasal dari daerah-daerah terpencil dan tidak terbiasa dengan keramaian. Kondisi tersebut pasti akan memengaruhi psikologisnya,” ungkapnya kepada SINDO di Asrama Haji Sudiang Makassar kemarin.

“Yang tadinya, saat berada di rumah memiliki kamar tidur dan kamar mandi sendiri, setelah sampai di sana (Tanah Suci) harus rela antre saat mandi,tidur sama-sama, dan sebagainya, bisa membuat orang stres,”tandasnya.

Menghadapi kondisi itu, peran petugas pendamping haji sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada para calhaj mengenai kondisi di Tanah Suci sehingga jika tiba di sana tidak kaget dengan kondisi seperti itu.

“Jadi, tugas para petugas dan medis,yakni memberikan pemahaman tentang apa-apa yang akan terjadi di sana.Salah satu cara mencegah masalah kejiwaan adalah memberikan pemahaman agar nanti tidak kaget, apalagi mereka yang tidak pernah menyaksikan orang banyak dan harus berdesakdesakan,” tutur dia.

Dia juga mengharapkan kondisi para calhaj dalam kondisi sehat dan fisik yang prima sehingga tidak mudah terserang penyakit saat berada di sana.

Kondisi cuaca di Tanah Suci setiap saat kadang panas dan dingin. “Karena itu, kami imbau para calhaj bersiap-siap menghadapi musim panas dan dingin serta memperbanyak minum air putih dan makan buah-buahan agar kesehatan tetap terjaga,”pungkasnya.

Dari informasi yang dihimpun, di Madinah,saat ini banyak jamaah yang mengalami masalah kejiwaan dan mengalami tekanan jiwa saat di sana, salah satu penyebabnya mereka baru merasakan kondisi yang tidak pernah dialami sebelumnya saat masih berada di Tanah Air. (abdullah nicolha)

Diare Serang Calhaj Sidrap

Saturday, 06 November 2010
MAKASSAR (SINDO) – Seorang jamaah calon haji (calhaj) asal Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), warga Kelurahan Maccorawalie, Kecamatan Pancarijang, Irawang, 70, terserang diare dalam perjalanan menuju Asrama Haji Sudiang Makassar kemarin.

Hal tersebut terjadi saat rombongan calhaj Sidrap yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 35 itu ingin menunaikan salat subuh berjamaah di Masjid Agung, Kabupaten Maros.

“Ada satu jamaah yang terserang diare saat ingin kami berhenti di Maros untuk menunaikan ibadah salat subuh sehingga harus mendapatkan perhatian khusus tim medis,” ungkap ketua kloter 35 embarkasi Makassar Abd Rahim kepada SINDO di pelataran Masjid Quba Asrama Haji Sudiang,kemarin.

Dengan kondisi tersebut, Irawang terpaksa langsung dibawa ke Poliklinik Mustasyfa saat tiba di Asrama Haji Sudiang untuk mendapatkan perawatan tim medis setempat.

Beruntung, diare yang menyerang pria paruh baya itu tidak berlangsung lama setelah tim medis menangani dan memberinya perawatan khusus sehingga bisa kembali bergabung dengan ratusan calhaj lainnya.

“Alhamdulillah, setelah mendapatkan perawatan di Poliklinik, kondisinya (Irawang) membaik dan saat ini bisa kembali bergabung dengan calhaj lainnya,” ujar Rahim.Kendati demikian, calhaj tersebut harus mendapatkan perhatian khusus tim medis mengingat usianya sudah tergolong tua.

Menyinggung tentang kesehatan calhaj Sidrap secara umum,Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Pancarijang ini mengatakan, kondisi kesehatan para jamaah Sidrap tidak mengkhawatirkan, pasalnya rata-rata yang berangkat haji tahun ini tergolong muda.

“Kalau melihat dari kondisi kesehatannya, hanya sedikit yang tergolong berisiko tinggi tidak sampai 10 orang, jadi kebanyakan yang masih muda,”pungkasnya.

Selain Irawang,satu calhaj lainnya asal Makassar yang juga tergabung dalam kloter 35 embarkasi Makassar, Sitti Maimunah Dg Paning, 80, juga terpaksa dirawat di Poliklinik Mustasyfa karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah, bahkan wanita paruh baya itu diketahui menderita penyakit TBC.

Seorang keluarga pasien yang mendampinginya di ruang perawatan kemarin mengatakan bahwa tantenya tersebut memang sudah sangat tua,tapi memiliki keinginan kuat bisa berhaji.

Kepala Bidang Kesehatan PPIH Embarkasi Makassar dr Irwan mengatakan, kondisinya baik, tapi karena sudah tergolong tua harus mendapatkan perhatian khusus tim medissaatberadadi TanahSuciMekkah.

Calhaj asal Sidrap yang tergabung dalam kloter 35 sebanyak 259 yang bergabung dengan calhaj asal Kota Makassar yang dijadwalkan akan diberangkatkan besok (hari ini).Sementara kouta yang diperoleh Sidrap pada tahun ini sebanyak 260 orang. (Abdullah nicolha)

Berharap Bisa Mengunjungi Baitullah

Saturday, 06 November 2010
KISAH PERAJIN GELANG CALHAJ

"Menunaikan rukun Islam harus mendapatkan panggilan Sang Khalik.Ada banyak orang yang hidupnya pas-pasan,tapi bisa menunaikannya. Sebaliknya,banyak yang bergelimang harta,tapi belum mendapat panggilan-Nya,"

SIANG itu,suasana di Asrama Haji Sudiang Makassar terlihat sepi. Tidak banyak lagi orang dengan tas hijau kecil tergantung di leher lalulalang di kawasan pemondokan. Hanya petugas kebersihan dan pedagang musiman sedang membereskan barang-barangnya.

Kondisi berbeda terlihat di salah satu ruangan yang terletak di jejeran wisma.Tepatnya bagian belakang asrama terlihat sejumlah orang sedang merebahkan tubuhnya. Sebagian lagi duduk bersantai dan memperlihatkan puluhan buah aksesori yang terbuat dari besi putih di atas meja kepada salah seorang pengunjung.

Mereka perajin stainless steel asal Jepara, Jawa Timur (Jatim), yang sedang beristirahat setelah membuat gelang para calon haji (calhaj) dan melayani para petugas haji dan telah diberangkatkan ke Tanah Suci pagi harinya.Kelompok perajin ini menangani pembuatan gelang haji selama bertahuntahun.

Kendati banyak mengunjungi daerah setiap musim haji, mereka mengaku memiliki harapan besar bisa mengunjungi Baitullah (Tanah Suci) dan membuat gelang untuk dirinya sendiri.Namun,keinginan itu masih sekadar harapan yang belum bisa diwujudkan mengingat pendapatan hanya cukup untuk menghidupi keluarga.

“Setiap orang punya niat dan berdoa untuk bisa ke Mekkah (berhaji), begitu juga kami.Namun,untuk mengharapkan dari gaji sebagai perajin stainless steel (gelang) tidak akan mungkin bisa terwujud,” kata salah seorang perajin, Mukhowifin,kepada SINDO.

Melihat biaya haji yang terus meningkat setiap tahun serta membandingkan dari upah (gaji) yang diterima melalui pemenang tender pembuatan gelang, nilainya tidak akan mencukupi biaya haji.Apalagi, ongkos naik haji (ONH) saat ini tidak kurang dari Rp30 juta.

Namun,dia tetap berharap dan berdoa agar suatu hari nanti bisa berkunjung ke Baitullah dan mencium Hajar Aswad (batu hitam).

Keyakinan bahwa orang berhaji tidak hanya karena memiliki uang banyak, tetapi karena mendapat panggilan dari Allah SWT terus dipupuk dalam hati. “Banyak orang pas-pasan yang bisa berhaji, itu karena mereka mendapat panggilan Allah, begitu juga kami tetap berharap dan berdoa bisa berkunjung ke sana (Mekkah),” ujarnya.

Mukhowifin mengaku, dia menekuni bidang tersebut selama puluhan tahun dan menjadi perajin gelang untuk calhaj selama lebih 10 tahun di daerah berbeda. Hasilnya, hanya untuk menghidupi anak-istri di kampung halaman dan belum bisa disisihkan untuk tabungan ke Tanah Suci.

Koordinator tim perajin,A Faqih Z, mengungkapkan hal sama. Setiap orang muslim memiliki keinginan bisa berkunjung ke Tanah Suci demi menyempurnakan keislaman mereka. “Setiap muslim pasti menginginkannya karena itu adalah kesempurnaan dalam agama Islam,” ujarnya kepada SINDO.

Kendati demikian, dia berharap ada perhatian dari pihak pemenang tender kepada para karyawan, begitu juga pemerintah agar mereka mendapatkan kesejahteraan dan bisa menunaikan haji sehingga bukan hanya karyanya saja yang tiap tahun berhaji,sementara orangnya tidak.

Faqih juga mengaku, telah menggeluti bidang tersebut selama puluhan tahun dan mengunjungi beberapa daerah di Indonesia jika musim haji tiba. Setiap perusahaan yang memenangkan tender pembuatan gelang selalu menggunakan keahlian dan tenaga dari Jepara.

Selain hadir di Asrama Haji Sudiang sebagai pembuat gelang untuk para calhaj yang diberangkatkan dari embarkasi Makassar, tim ini juga memanfaatkan momen tersebut untuk menawarkan kepada para calhaj dan pengunjung asrama lainnya aksesori gelang, cincin, kalung, dan lainnya yang terbuat dari besi putih dan dihiasi dengan batu permata yang memang didatangkan dari Pulau Jawa. (abdullah nicolha)