Sunday, November 7, 2010

Berharap Bisa Mengunjungi Baitullah

Saturday, 06 November 2010
KISAH PERAJIN GELANG CALHAJ

"Menunaikan rukun Islam harus mendapatkan panggilan Sang Khalik.Ada banyak orang yang hidupnya pas-pasan,tapi bisa menunaikannya. Sebaliknya,banyak yang bergelimang harta,tapi belum mendapat panggilan-Nya,"

SIANG itu,suasana di Asrama Haji Sudiang Makassar terlihat sepi. Tidak banyak lagi orang dengan tas hijau kecil tergantung di leher lalulalang di kawasan pemondokan. Hanya petugas kebersihan dan pedagang musiman sedang membereskan barang-barangnya.

Kondisi berbeda terlihat di salah satu ruangan yang terletak di jejeran wisma.Tepatnya bagian belakang asrama terlihat sejumlah orang sedang merebahkan tubuhnya. Sebagian lagi duduk bersantai dan memperlihatkan puluhan buah aksesori yang terbuat dari besi putih di atas meja kepada salah seorang pengunjung.

Mereka perajin stainless steel asal Jepara, Jawa Timur (Jatim), yang sedang beristirahat setelah membuat gelang para calon haji (calhaj) dan melayani para petugas haji dan telah diberangkatkan ke Tanah Suci pagi harinya.Kelompok perajin ini menangani pembuatan gelang haji selama bertahuntahun.

Kendati banyak mengunjungi daerah setiap musim haji, mereka mengaku memiliki harapan besar bisa mengunjungi Baitullah (Tanah Suci) dan membuat gelang untuk dirinya sendiri.Namun,keinginan itu masih sekadar harapan yang belum bisa diwujudkan mengingat pendapatan hanya cukup untuk menghidupi keluarga.

“Setiap orang punya niat dan berdoa untuk bisa ke Mekkah (berhaji), begitu juga kami.Namun,untuk mengharapkan dari gaji sebagai perajin stainless steel (gelang) tidak akan mungkin bisa terwujud,” kata salah seorang perajin, Mukhowifin,kepada SINDO.

Melihat biaya haji yang terus meningkat setiap tahun serta membandingkan dari upah (gaji) yang diterima melalui pemenang tender pembuatan gelang, nilainya tidak akan mencukupi biaya haji.Apalagi, ongkos naik haji (ONH) saat ini tidak kurang dari Rp30 juta.

Namun,dia tetap berharap dan berdoa agar suatu hari nanti bisa berkunjung ke Baitullah dan mencium Hajar Aswad (batu hitam).

Keyakinan bahwa orang berhaji tidak hanya karena memiliki uang banyak, tetapi karena mendapat panggilan dari Allah SWT terus dipupuk dalam hati. “Banyak orang pas-pasan yang bisa berhaji, itu karena mereka mendapat panggilan Allah, begitu juga kami tetap berharap dan berdoa bisa berkunjung ke sana (Mekkah),” ujarnya.

Mukhowifin mengaku, dia menekuni bidang tersebut selama puluhan tahun dan menjadi perajin gelang untuk calhaj selama lebih 10 tahun di daerah berbeda. Hasilnya, hanya untuk menghidupi anak-istri di kampung halaman dan belum bisa disisihkan untuk tabungan ke Tanah Suci.

Koordinator tim perajin,A Faqih Z, mengungkapkan hal sama. Setiap orang muslim memiliki keinginan bisa berkunjung ke Tanah Suci demi menyempurnakan keislaman mereka. “Setiap muslim pasti menginginkannya karena itu adalah kesempurnaan dalam agama Islam,” ujarnya kepada SINDO.

Kendati demikian, dia berharap ada perhatian dari pihak pemenang tender kepada para karyawan, begitu juga pemerintah agar mereka mendapatkan kesejahteraan dan bisa menunaikan haji sehingga bukan hanya karyanya saja yang tiap tahun berhaji,sementara orangnya tidak.

Faqih juga mengaku, telah menggeluti bidang tersebut selama puluhan tahun dan mengunjungi beberapa daerah di Indonesia jika musim haji tiba. Setiap perusahaan yang memenangkan tender pembuatan gelang selalu menggunakan keahlian dan tenaga dari Jepara.

Selain hadir di Asrama Haji Sudiang sebagai pembuat gelang untuk para calhaj yang diberangkatkan dari embarkasi Makassar, tim ini juga memanfaatkan momen tersebut untuk menawarkan kepada para calhaj dan pengunjung asrama lainnya aksesori gelang, cincin, kalung, dan lainnya yang terbuat dari besi putih dan dihiasi dengan batu permata yang memang didatangkan dari Pulau Jawa. (abdullah nicolha)

No comments: