Thursday, March 3, 2011

Belajar Santai Tapi Disiplin

MELIRIK ENGLISH CAMP ALA SASTRA UMI
Sunday, 20 February 2011



Someone came to hostel,In the morning to wake me up, Suddenly i woke up like a fool, Wake up, ooo, wake up..., Wake up honeymoon,wake up ‘honeybal’,Wake up
WAKE up,Wake up,Wake up, penggalan kata itulah yang selalu menggema dan memecah kesunyian subuh hari di lokasi up-grading (English Camp) mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.¨

Kata yang dikemas sangat sederhana menjadi sebuah lagu oleh Supriadi Bahang, salah seorang alumnus itu,sangat melekat di telinga para peserta. Meski terasa berat untuk terjaga dari tidur,namun jika para night guard (peronda) telah menyanyikan lirik lagu tersebut diiringi petikan gitar,mereka harus lekas beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke masjid untuk shalat subuh berjamaah.

Dari situlah proses belajar itu dimulai. Pada hari-hari pertama,sebagian peserta yang tidak terbiasa bangun pagi akan terasa sangat dengan rutinitas tersebut. Bahkan tidak sedikit yang berusaha melarikan diri dari lokasi.Namun niat tersebut urung setelah melalui hari pertama, kedua dan ketiga. Bahkan, pikiran untuk pulang ke rumah pun hilang.

”Kadang pada hari pertama ada yang mencoba pulang dan berusaha melarikan diri, tapi setelah merasakan kebersamaan di upgrading, akhirnya betah,”tutur Wakil Kordinator Instruktur Darvan Atmajaya di lokasi up-grading belum lama ini.

Meski perkampungan Bahasa Inggris masih diselimuti gelap dan hawa dingin, instruktur telah berada di meeting hall (aula) dan menunggu peserta usai melaksanakan shalat subuh di masjid untuk memulai program kuliah pagi.

Jika lama menunggu, suara panggilan dan hitungan pun terdengar melalui alat pengeras suara. Jika sang instruktur masih toleransi maka akan menghitung dari satu hingga 10 atau hanya sampai hitungan ketiga. ”Jika masih ada yang terlambat maka akan didenda sesuai dengan kesepakatan sejak masuk hari pertama,”tutur Darvan.

Biasanya, denda tersebut bervariasi kadang dihitung dengan nilai uang Rp100 per 10 menit. Sementara bagi yang melanggar aturan bahasa dengan menggunakan selain Bahasa Inggris akan dikenakan denda Rp100 per kata.

Aturan dan disiplin serta hukuman tersebut telah disepakati seluruh peserta agar program upgrading berjalan maksimal. Instruktur sengaja memberlakukan setiap aturan dengan denda uang karena setiap orang pasti mencintai uangnya sehingga tidak berani melanggar aturan.

“Denda uang itu kami sengaja terapkan karena kami yakin semua orang pasti suka uang dan berpikir tidak akan melanggar karena mencintai uangnya, makanya kami tidak menghukum dengan cara membersihkan atau sebagainya agar termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris,”ujar Darvan.

Selain aturan untuk mengikuti program di meeting hall aturan lainnya juga diterapkan pada waktu makan,saat jam makan tiba,setiap peserta harus memiliki kunci (password) jika ingin makan yakni menghafal kosakata.

“Ya, pasti akan hafal karena lapar dan semua peserta harus melaluinya meski dia memilih makan di warung tapi tetap harus menghafal, jadi tidak ada yang sia-sia,”ujar salah seorang instruktur Salmia Syarifuddin.

Selain disiplin, proses belajar ala English Camp milik anak sastra UMI itu juga dikemas sesantai mungkin agar para peserta menikmatinya dengan penyajian permainan (games) pada saat pagi, sore,hingga malam hari yang selalu dibarengi dengan program-program yang telah disiapkan seperti seminar,morning speech, discussion, proffesional meeting, guidance, tutor, dan sebagainya. “Semuanya dikemas sesantai mungkin,” ujar Salmia.

Setelah mengikuti program sejak pagi hingga malam, untuk menghilangkan semua capek dari para peserta, maka instruktur menyajikan permainan seru yang melibatkan semua peserta sebagai penutup kegiatan sepanjang hari dan menjadi pengantar tidur bagi mereka.

Dalam permainan itu, pemenang akan dihadiahi uang sebesar Rp50.000 yang bersumber dari pembayaran denda (fine) sepanjang hari itu,sehingga uang pembayaran denda tersebut kembali kepada peserta sebagai reward atas aksi mereka, bukan hanya itu peserta yang dianggap layak menerima juga diberi reward.

Bahkan,jika hingga hari terakhir berada di perkampungan bahasa masih tersisa uang denda tersebut, maka akan disumbangkan kepada pembangunan masjid yang berada di sekitar. ”Jadi,selain belajar kami juga ikut berpahala dengan bersedekah,” ujar alumnus pascasarjana UNM ini.

Para peserta yang menyebut dirinya ’Up-Grading Lovers’ ini berucap ’Viva Forever Up-grading’ jayalah selalu untuk Up- Grading. Keep your English, keep your brotherhood, and keep our Up-Grading. (abdullah nicolha/selesai).

No comments: