MELIRIK
ENGLISH CAMP ALA SASTRA UMI
Sunday, 20
February 2011
Someone came to hostel,In the morning to wake me up, Suddenly i woke up like a fool, Wake up, ooo, wake up..., Wake up honeymoon,wake up ‘honeybal’,Wake up
Someone came to hostel,In the morning to wake me up, Suddenly i woke up like a fool, Wake up, ooo, wake up..., Wake up honeymoon,wake up ‘honeybal’,Wake up
Kata yang
dikemas sangat sederhana menjadi sebuah lagu oleh Supriadi Bahang, salah
seorang alumnus itu,sangat melekat di telinga para peserta. Meski terasa berat
untuk terjaga dari tidur,namun jika para night guard (peronda) telah
menyanyikan lirik lagu tersebut diiringi petikan gitar,mereka harus lekas
beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke masjid untuk shalat subuh berjamaah.
Dari situlah
proses belajar itu dimulai. Pada hari-hari pertama,sebagian peserta yang tidak
terbiasa bangun pagi akan terasa sangat dengan rutinitas tersebut. Bahkan tidak
sedikit yang berusaha melarikan diri dari lokasi.Namun niat tersebut urung
setelah melalui hari pertama, kedua dan ketiga. Bahkan, pikiran untuk pulang ke
rumah pun hilang.
”Kadang pada
hari pertama ada yang mencoba pulang dan berusaha melarikan diri, tapi setelah
merasakan kebersamaan di upgrading, akhirnya betah,”tutur Wakil Kordinator
Instruktur Darvan Atmajaya di lokasi up-grading belum lama ini.
Meski
perkampungan Bahasa Inggris masih diselimuti gelap dan hawa dingin, instruktur
telah berada di meeting hall (aula) dan menunggu peserta usai melaksanakan
shalat subuh di masjid untuk memulai program kuliah pagi.
Jika lama
menunggu, suara panggilan dan hitungan pun terdengar melalui alat pengeras
suara. Jika sang instruktur masih toleransi maka akan menghitung dari satu
hingga 10 atau hanya sampai hitungan ketiga. ”Jika masih ada yang terlambat maka
akan didenda sesuai dengan kesepakatan sejak masuk hari pertama,”tutur Darvan.
Biasanya,
denda tersebut bervariasi kadang dihitung dengan nilai uang Rp100 per 10 menit.
Sementara bagi yang melanggar aturan bahasa dengan menggunakan selain Bahasa
Inggris akan dikenakan denda Rp100 per kata.
Aturan dan
disiplin serta hukuman tersebut telah disepakati seluruh peserta agar program
upgrading berjalan maksimal. Instruktur sengaja memberlakukan setiap aturan
dengan denda uang karena setiap orang pasti mencintai uangnya sehingga tidak
berani melanggar aturan.
“Denda uang
itu kami sengaja terapkan karena kami yakin semua orang pasti suka uang dan
berpikir tidak akan melanggar karena mencintai uangnya, makanya kami tidak
menghukum dengan cara membersihkan atau sebagainya agar termotivasi untuk
belajar Bahasa Inggris,”ujar Darvan.
Selain
aturan untuk mengikuti program di meeting hall aturan lainnya juga diterapkan
pada waktu makan,saat jam makan tiba,setiap peserta harus memiliki kunci
(password) jika ingin makan yakni menghafal kosakata.
“Ya, pasti
akan hafal karena lapar dan semua peserta harus melaluinya meski dia memilih
makan di warung tapi tetap harus menghafal, jadi tidak ada yang sia-sia,”ujar
salah seorang instruktur Salmia Syarifuddin.
Selain
disiplin, proses belajar ala English Camp milik anak sastra UMI itu juga
dikemas sesantai mungkin agar para peserta menikmatinya dengan penyajian
permainan (games) pada saat pagi, sore,hingga malam hari yang selalu dibarengi
dengan program-program yang telah disiapkan seperti seminar,morning speech,
discussion, proffesional meeting, guidance, tutor, dan sebagainya. “Semuanya
dikemas sesantai mungkin,” ujar Salmia.
Setelah
mengikuti program sejak pagi hingga malam, untuk menghilangkan semua capek dari
para peserta, maka instruktur menyajikan permainan seru yang melibatkan semua
peserta sebagai penutup kegiatan sepanjang hari dan menjadi pengantar tidur
bagi mereka.
Dalam
permainan itu, pemenang akan dihadiahi uang sebesar Rp50.000 yang bersumber dari
pembayaran denda (fine) sepanjang hari itu,sehingga uang pembayaran denda
tersebut kembali kepada peserta sebagai reward atas aksi mereka, bukan hanya
itu peserta yang dianggap layak menerima juga diberi reward.
Bahkan,jika
hingga hari terakhir berada di perkampungan bahasa masih tersisa uang denda
tersebut, maka akan disumbangkan kepada pembangunan masjid yang berada di
sekitar. ”Jadi,selain belajar kami juga ikut berpahala dengan bersedekah,” ujar
alumnus pascasarjana UNM ini.
Para peserta
yang menyebut dirinya ’Up-Grading Lovers’ ini berucap ’Viva Forever Up-grading’
jayalah selalu untuk Up- Grading. Keep your English, keep your brotherhood, and
keep our Up-Grading. (abdullah nicolha/selesai).
No comments:
Post a Comment