Monday, July 21, 2008

Melihat Sampe Bandaso Mengoordinir 100 KK

Pendapatan Rp50 juta Diperoleh Dalam 45 hari

MALILI (SINDO)-Di salah satu desa di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur (Lutim) dimana sejauh mata memandang yang tampak adalah tambak-tambak para petani. Nama desa itu adalah Wewanriu, yang dulunya warga setempat menjadikan lahan tersebut sebagai persemaian udang dan kepiting, tapi kini petani tambak berubah haluan ke rumput laut.

Sampe Bandaso, Sebagai seorang Ketua Kelompok Tani yang diberinya nama ”Mareo Marennu” yang mengoordinir sekitar 100 kepala keluarga (KK) yang mengolah tambak rumput laut di Desa Wawenriu, dia bertekad ada perluasan tambak rumput laut di sekitar desanya hingga mencapai 300 hektar pada 2008 ini sampai 2009 mendatang. Menurutnya, para petani saat ini baru mengelola sekitar 80 hektar.

”Kalau melihat lahan yang tersedia, di sini (Wewanriu) masih ada potensi 500 hektar lebih untuk tambak rumput laut,” ujar Sampe dengan penuh optimis, karena melihat hasil yang diperoleh kelompok Tani yang dikoordinirnya mengalami peningkatan. Sehingga, belakangan ini mulai banyak kelompok masyarakat yang terjun ke tambak rumput laut. ”Sekarang, Rumput laut menjadi harapan kami,” katanya lagi.

Menurut dia, pada awalnya hanya mengelola udang, tetapi hasil yang didapatkannya tidak mencukupi kebutuhan keluarga dan mengalami kerugian. ”Saya dulu mencoba udang, tapi hasilnya tidak tentu, malah rugi apalagi, kalau ada hama penyakit yang menyerangnya. Pasti kita akan mengalami kerugian,” tandasnya.

Kini lanjutnya, dengan memilih mengelola tambak rumput laut dirinya dapat memperoleh keuntungan hinggga puluhan juta. ”Sekarang tambak dengan luas 10 hektar dapat menghasilkan jutaan, karena setiap hektar menghasilkan kira-kira 4-5 ton rumput laut dan sekali panen hanya membutuhkan sekitar 45 hari, saya sendiri memiliki sekitar 10 hektar tambak rumput laut dan dapat penghasilan bersih sekitar Rp50 juta per sekali panen,” jelas Sampe,

Selain Kelompok Tani Mareo Marennu, beberapa kelompok masyarakat lain mulai mengolah tambaknya ke rumput laut. Hasilnya, bukan hanya rumput laut yang mereka peroleh, tetapi, para petani juga masih mendapatkan ikan bandeng.

Menurut ayah tiga anak ini bahwa, dalam pengelolaan rumput laut, Ikan bandeng ikut membantu dalam perawatan. Sebab, ikan-ikan tersebut memakan lumut-lumut yang melekat pada rumput laut. ”Saat umur ikan itu mencapai sebesar tiga jari masih membantu tetapi, kalau ukuran sudah melebihi dariitu, sudah harus diambil, karena ikan bandeng itu akan memakan rumput laut. Jadi, secara perodik, petani rumput laut harus mengambil ikan-ikan bandeng yang besar-besar itu agar rumput lautnya tidak habis dimakan,” tandasnya.

Ada pun ikan bandeng dari tambak itu lanjutnya, dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi para petani. Menurut Sampe, para petani tambak di wilayah tersebut banyak mendapat bantuan dari PT Inco. ”Kami banyak mendapat bantuan dari PT Inco, mulai dari pemberian bibit, bantuan teknis, hingga untuk pemasarannya,” tandasnya.

Petani tidak perlu memompa air laut untuk mengairi tambaknya. Mereka cukup mengatur katup air yang menjadi jalan masuk air ke tambaknya. Menurut Musdar, cukup gampang mengembangbiakkan rumput laut. Bibit rumput laut cukup disemai di tambak, kemudian kontrol air ke tambak, tinggal tunggu 45 hari sudah langsung panen. ”Budidaya rumput laut ini tidak serumit dibandingkan pengembiakan udang atau kepiting bakau. Karena dalam 45 hari rumput laut terus menerus bisa dipanen,” jelas pendamping teknis Kelompok Tani Mareo Marennu ini.

Sebelum mendapat bantuan dari PT Inco, penjualan rumput laut tidak menentu dan dihargai dengan murah. Jadi, keuntungan saat itu tidak dirasakan oleh para petani, bahkan, kadang mengalami kerugian. ”Dulunya kami menjual hasil tambak melalui tengkulak, yang dihargai sekitar Rp2000 per kilogram. Tapi kini dengan dipasilitasi PT Inco bisa mencapai Rp3000 per kilogram yakni, dengan langsung ke pabrik pengolah rumput laut,” katanya.

Bukan mustahil, dalam beberapa tahun ke depan, daerah ini (Lutim), bisa menjadi sentra penghasil rumput laut terbesar di Sulawesi. Karena menurut berbagai kalangan pemerhati rumput laut, permintaan rumput laut cukup besar, terutama dari beberapa negara seperti Jepang dan negara di Asia Timur lainnya. Rumput laut banyak dijadikan bahan baku agar-agar, minuman, dan berbagai jenis makanan lainnya serta bahan untuk makanan suplemen. (abdullah nicolha).

No comments: