Wednesday, August 25, 2010

Warga Keluhkan Tarif Penyeberangan

JEMBATAN DARURAT. Sejumlah warga saat menyeberangi jembatan darurat di jalur yang menghubungkan dua kabupaten yakni Wajo-Bone. Kendati demikian, warga mengeluhkan patokan tarif yang diberlakukan warga setempat.

Tuesday, 24 August 2010
SENGKANG (SINDO) – Warga Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo,mengeluhkan adanya tarif yang dibebankan kepada setiap warga yang melewati jembatan penyeberangan yang menghubungkan Kabupaten Wajo-Bone.

Untuk sekali penyeberangan, setiap orang dikenakan tarif Rp1.000,sementara sepeda motor dikenakan Rp5.000. Dari informasi yang dihimpun SINDO, arus lalu lintas di sebagian wilayah di Kabupaten Wajo masih terganggu akibat banjir yang melanda daerah tersebut dua bulan terakhir.

Bahkan untuk mengantisipasi jalan rusak atau tergenang air, warga setempat bergotong- royong membangun jembatan darurat agar jalan yang menghubungkan dua kabupaten ini kembali normal.

Salah satu wilayah itu, yaitu Kecamatan Pammana yang merupakan daerah perbatasan dua kabupaten. Sebelumnya saat banjir melanda daerah ini,jalur tersebut terputus dan hanya bisa dilalui menggunakan rakit.

Setelah warga setempat bergotong- royong membangun jembatan darurat, warga pun dapat melintas kembali, meski harus berhati-hati.

Ironisnya, meski jembatan telah dibangun dan dilalui warga dari dua arah, warga setempat masih mematok tarif bagi mereka yang ingin melintas di jembatan tersebut. Hal itulah yang dikeluhkan sejumlah warga yang hendak menyeberang dari Wajo ke Bone ataupun sebaliknya.

“Yang kami keluhkan di sini,kenapa masih harus mematok harga atau meminta tarif untuk penyeberangan, padahal sudah ada jembatan,”kata Yahya,29, salah seorang warga yang hendak ke Bone,kepada SINDO kemarin.

Kondisi ini berbeda ketika warga memberikan layanan penyeberangan menggunakan rakit. “Waktu menyeberang mungkin kami bisa pahami itu.Tapi jika sudah ada jembatan, kenapa harus bayar tarif lagi,” ungkapnya. Dia berharap hal ini tidak berkepanjangan karena dapat menghambat aktivitas warga.

SINDO tak berhasil meminta konfirmasi kepada pemerintah setempat terkait masalah tersebut. Namun, masyarakat setempat mengaku bahwa hal itu demi memberikan kontribusi atas hasil kerja dan gotong-royong yang digalakkan masyarakat setempat.

“Ini bukan semata-mata ingin mencari untung,tetapi lebih pada penghargaan kepada warga setempat yang telah bersusah payah membangun jembatan darurat ini,” kata Bahar,30,kemarin.

Dari informasi yang dihimpun, hingga saat ini genangan air masih terjadi di sejumlah wilayah. Sebelumnya enam kecamatan di Bumi Lamaddukkelleng itu dilanda banjir dan menggenangi perumahan dan lahan pertanian masyarakat. (abdullah nicolha)

No comments: