Tuesday, November 25, 2008

Luwu Diterjang Banjir, Satu Masjid Hancur

Tuesday, 25 November 2008

LUWU (SINDO)–Bencana banjir terus terjadi di beberapa daerah di Sulsel. Kali ini, menerjang Dusun Buntu Bu’ku Desa Barangmamase Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu.

Selain menghancurkan masjid, ratusan hektare lahan persawahan dan kebun rusak diterjang banjir,Minggu (23/11) malam. Terjangan banjir akibat melimpahnya aliran air dari Salu Battang yang merupakan hulu Sungai Karetan yang melintasi daerah tersebut. Hujan deras yang mengguyur wilayah Luwu sejak Rabu (19/11) pekan lalu, membuat debet air di Sungai Karetan meningkat dan meluap.

Warga semakin panik karena banjir diperkirakan mencapai 1,5 meter juga diserta arus yang sangat deras dan merusak dua rumah warga. ”Daerah ini memang sudah menjadi langganan banjir, namun baru kali ini arus sangat deras sehingga rumah kami hancur,” kata Pariani, 23,salah seorang korban banjir, kemarin.

Dia menceritakan, hujan deras yang terus mengguyur sekitar pukul 22.00 Wita,tibatiba terdengar suara gemuruh yang sangat besar dari arah sungai. Dalam kondisi kepanikan, bersama keluarganya hanya bisa lari dan menyelamatkan diri. ”Rumah saya langsung hanyut terbawa banjir, berikut juga dengan harta benda yang ada didalam rumah,” ungkapnya pasrah.

Dia juga menyebutkan bahwa,hingga saat ini,belum ada bantuan dari pihak pemerintah setempat. Senada diungkapkan, tokoh masyarakat setempat Yakin,44, bahwa, sejak banjir melanda beberapa waktu lalu,belum ada bantuan dari pemerintah setempat untuk korban banjir di daerah tersebut.

”Bantuan belum ada, yang datang meninjau ke lokasi baru kepala desa bahkan kades menilai ini adalah banjir kecil,” katanya. Dia mengatakan, warga yang rumahnya rusak terpaksa diungsikan.Kendati demikian para warga diimbau untuk tetap waspada apabila terjadi banjir susulan.”Mereka hanya diungsikan di rumah keluarganya masing-masing,” tandasnya.

Dia menyatakan, sebelum banjir melanda daerah tersebut, aliran air yang berada di belakang rumah warga hanya sebatas parit kecil berukuran satu meter, tetapi saat sungai meluap parit tersebut berubah menjadi sungai,sehingga rumah dan masjid menjadi sasaran.

”Sungai ini dulu hanya sebatas parit yang menjadi pembuangan tanggul itu pun inisiatip warga,jadi kami (warga) tidak membangun rumah di pinggir sungai, tetapi debet air lah yang besar sehingga dua rumah dan mesjid hancur,”kata Yakin. Warga berharap pemerintah setempat dapat memberikan bantuan segera kepada masyarakat yang menjadi korban banjir agar kesedihan warga sedikit terobati.

Dia juga meminta kepada pemerintah untuk membangun tanggul agar air sungai tidak menghantam daerah ini untuk kesekian kalinya. ”Dengan sendirinya daerah ini akan aman,”tegasnya. Elizabet ,42,yang juga merupakan korban banjir, juga menyesalkan sikap pemerintah yang tidak memperhatikan korban banjir.

”Sampai saat ini belum ada respon dari pemerintah,mudah-mudahan saja cepat direspon dengan baik agar kesedihan warga terobati,” kata ibu rumah tangga ini yang akrab disapa Mama Elga. Camat Walenrang Buhari mengatakan,pihaknya sudah melakukan peninjauan ke lokasi banjir dan segera akan memberikan bantuan.”Jelas kami turun meninjau,” katanya singkat saat dihubungi SINDO,kemarin.

Terkait masalah bantuan, Buhari mengatakan, pihak pemerintah akan terlebih dahulu melihat kondisi keuangan daerah. ”Kalau anggarannya ada, kita akan berikan bantuan, tergantung situasi keuangan daerah,” tandasnya. Sebagai langkah awal, kata Buhari, pihaknya akan segera menurunkan alat berat untuk melakukan pembenahan di lokasi banjir.

”Mungkin besok (hari ini) atau lusa alat itu sudah kita turunkan,”katanya. Dari pantauan SINDO, belumadanya bantuandaripemerintah untuk menangani bencana itu.Warga setempat secara bergotong royong melakukan pembenahan. Kendati demikian aktivitas sebagian warga tetap berjalan.

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di beberapa daerah diperkirakan akibat kerusakan hutan yang terjadi di Sulsel.Berdasarkan data Dinas Kehutanan Sulsel, dari 2,1 juta hektare hutan di Sulsel, 36.000 diantaranya rusak parah. Sebagian besar karena pembalakan liar.

Beberapa daerah yang terkena bencana longsor dan banjir diantaranya,Bulukumba, Toraja, Enrekang, Pinrang, dan terakhir Sindrap yang sampai kini masih tergenang banjir akibat meluapnya Danau Sidenreng. Sementara itu, air setinggi satu meter masih menggenangi dua desa di Sidrap, Desa Wette dan Desa Turungan,Kecamatan Panca Lautang.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, banjir disebabkan karena meluapnya Danau Sidenreng yang mengalami pendangkalan. Ketua RT di Desa Wette, Ambo Dalle, mengatakan, sampai kemarin,pihak pemerintah belum memberikan bantuan kepada warga. ”Belum ada bantuan.

Biasanya yang memberikan bantuan perorangan saja,”kata Ambo. Ambo mengatakan, saat ini,warga kekurangan air bersih karena harus mengambil dari daerah tetangga.Warga berharap, pemerintah bisa mengantisipasi banjir yang sudah menjadi langganan desa itu dengan melakukan pengerukan danau. (abdullah nicolha).

No comments: