Wednesday, June 30, 2010

Demokrat Sulsel Evaluasi Total

Wednesday, 30 June 2010
MAKASSAR (SI) – Partai Demokrat Sulsel tidak ingin terus terpuruk meratapi kegagalan di Pilkada 2010. Parpol peraih suara terbanyak kedua di Sulsel pada Pemilu 2009 ini segera melakukan evaluasi total.

Partai Demokrat hanya menempatkan satu kandidatnya sebagai pemenang pilkada versi quick count (penghitungan cepat), yakni Ichsan Yasin Limpo-Abd Razak Bajidu di Pilkada Gowa.

Sukses di Gowa itu pun disertai catatan karena Demokrat berkoalisi dengan Golkar. Satu kandidat Demokrat lainnya, yakniThahar Rum-Ansar Akib (Trans) di Pilkada Luwu Utara (Lutra), masih harus mengikuti putaran kedua.

Trans akan head to head melawan pasangan Arifin Junaidi-Indah Putri Indriani (Arip). Selebihnya, delapan kandidat Demokrat di delapan daerah terpuruk. Sebagian besar kandidat Demokrat itu dikalahkan kandidat Golkar.

Wakil Ketua DPD Demokrat Bidang Politik Andry S Arief Bulu mengatakan, momentum pilkada 12 daerah pada 2013 mendatang akan menjadi ajang pembuktian kebangkitan Demokrat.“Hasil buruk ini menjadi cambuk bagi kami. Kami segera berbenah. Kita lihat nanti hasil di Pilkada 2013,” jelas wakil ketua DPRD Sulsel ini.

Berbanding terbalik dengan hasil Demokrat,Partai Golkar justru meraih hasil maksimal di pilkada. Partai beringin ini sukses merebut enam pilkada berdasarkan hasil quick count. Hasil itu masih bisa bertambah karena kandidat Golkar di Bulukumba,yakni Sukri Sappewali- Abd Rasyid Sarehong (Aspirasi) maju ke putaran kedua.

Wakil Ketua DPD I Golkar Sulsel Moh Roem mengatakan, kunci sukses Golkar terletak pada pembentukan G Force.G Force adalah tim yang dibentuk DPD I Golkar Sulsel untuk membantu kegiatan sosialisasi dan kampanye kandidat.

Salah satu kegiatan yang dinilai sangat efektif adalah jalan santai yang digelar di daerah. “Selain itu, ini juga tak lepas dari kerja keras DPD I.Ketua DPD I sendiri sampai harus turun langsung menemui kandidat,” jelas Roem.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Adi Suryadi Culla, menilai, keberhasilan Golkar merebut enam pilkada tak lepas dari kejelian memilih figur yang akan diusung.Figur yang punya basis massa kuat itu ditunjang oleh mesin Golkar yang juga bekerja baik. “Golkar melakukan rekrutmen politik yang tepat. Itu yang membuat mereka bisa meraih kemenangan,” jelas Adi.

Arsyad Ancam Mundur

Sementara itu, efek kekalahan Partai Golkar di Pilkada Lutra, calon bupati Lutra Arsyad Kasmar mengancam mengundurkan diri daripartaiberlambangberinginitu. Arsyad yang juga Ketua DPD II Golkar Lutra kecewa karena selama proses pilkada Golkar tidak memberikan kontribusi terhadapnya.

“Kalau ada orangnya,Pak Syahrul Yasin Limpo (Ketua DPD I Golkar Sulsel) yang mendengar katakata saya ini,sampaikan salam hormat saya kepada beliau. Katanya Golkar adalah partai besar, punya uang banyak, tapi ternyata tak sepersen pun bantuan untuk Pilkada Lutra, Partai Golkar sekarang sudah berbeda dengan yang dulu,” ujar Arsyad.

Menurut Arsyad, perolehan suara miliknya itu sudah maksimal, yang merupakan hasil kerja dari tim keluarga dan relawan. “Selama menjadi kader 32 tahun lamanya, saya sangat mencintai Golkar, tetapi saya heran kenapa justru Golkar tidak mencintai saya?”katanya.

Selanjutnya,Arsyad akan melayangkan surat pengunduran dirinya sebagai Ketua DPD II Golkar Lutra sekaligus sebagai kader Golkar. Namun,dia belum memastikan kapan dia akan melayangkan surat pengundurannya itu.

“Cepat atau lambat saya pasti akan meninggalkan partai ini,nantinya saya akan kembali ke Jakarta dan bergabung di salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) di sana,”ujar Arsyad.

Seperti yang diberitakan, berdasarkan perhitungan suara KPU Lutra, pasangan Arifin Junaidi- Indah Putri Indriani (Arip) dan Thahar Rum-Anshar Akib (Trans) mengumpul kan suara terbanyak sehingga berhak maju ke putaran kedua. Arsyad yang berpasangan dengan Gempur Warseso hanya menempati urutan ketiga perolehan suara terbesar.

Berkantor di Tenda Darurat

Masih terkait pilkada,pascakerusuhan yang berujung pembakaran Kantor KPU Soppeng dan dua kantor camat, yakni Kecamatan Lalabata dan Marioriwawo, membuat pegawai harus berkantor di bawah tenda darurat.

“Jadi, meskipun kantor tidak ada, kami tetap berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan tenda darurat,” ungkap Camat Lalabata Aswan A Said saat ditemui di tenda darurat yang didirikan di halaman sisa pembakaran Kantor Camat Lalabata atas bantuan Dinas Sosial Soppeng kemarin.

Kerusuhan tak hanya menghancurkan bangunan,tapi juga memusnahkan berkas-berkas penting dan semua inventaris kantor. “Kami akan memanfaatkan tenda ini untuk berkantor sambil menunggu instruksi bupati di mana tempat yang layak untuk berkantor,” tuturnya.Dia memperkirakan, akibat pembakaran itu, kerugian ditaksir mencapai Rp1,5 miliar.

Sementara itu, Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Soppeng Abdul Haris Abbas yang dikonfirmasi kemarin menyebutkan, hingga saat ini pihaknya belum dapat memastikan di mana camat dan pegawai Kecamatan Lalabata berkantor.

Sekadar diketahui, amuk massa di Soppeng yang terjadi pada Jumat (25/6),sebagai efek ketidakpuasan masyarakat atas proses pilkada yang dianggap sarat kecurangan. (bakti m munir/asdhar/ abdullah nicolha)

No comments: