Tuesday, June 30, 2009

Seputar Indonesia dengan Usia 4 Tahun

HAPPY BIRTHDAY FOR SI
Tuesday, 30 June 2009

HARI ini,harian Seputar Indonesia genap empat tahun. Sebuah usia yang masih terlalu muda.Terlalu muda untuk semuanya. Untuk ukuran manusia dan untuk ukuran sebuah surat kabar jika dibandingkan dengan koran-koran lain yang sudah berusia puluhan tahun.

Namun, usia muda bagi harian Seputar Indonesia tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak bisa berkembang menjadi yang terbaik di bidang persuratkabaran,baik dari sisi jurnalisme maupun sisi bisnisnya. Pada awal berdirinya Seputar Indonesiabanyak yang tidak percaya bahwa harian ini bisa dikelola dengan serius.

Ada yang “mempertanyakan” dengan nada sinis bahwa harian Seputar Indonesia hanya akan berusia tiga bulan.Setelah melewati usia tiga bulan,ada pula yang mempertanyakan bahwa harian Seputar Indonesia hanya akanbertahansampai enam bulan.Masa enam bulan lewat, ada pula yang mempergunjing kan kembali bahwa usia Seputar Indonesiahanya akan bertahan satu tahun.

Lolos ujian satu tahun, ada yang masih mengusik bahwa harian ini tidak akan bertahan lama dan seterusnya. Ungkapan-ungkapansinis ini dalam sebuah kompetisi ketat sangatlah biasa. Dalam teori politik, hal ini biasa disebut psywar.

Namun, apa yang terjadi, hingga usianya keempat ini, harian Seputar Indonesia tetap survive dan berkembang sebagai media nasional yang besar dengan memiliki enam edisi daerah (Jawa Barat, Jawa Tengah-DIY, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan).

Untuk mendukung keseriusan penerbitan ini, harian Seputar Indonesia dicetak dengan mesin milik sendiri dengan kualitas mesin yang terbaik,termasuk untuk edisi daerah pun kini dicetak dengan mesin milik sendiri di setiap daerah masing-masing.

Mengapa di daerah juga perlu punya mesin sendiri? Filosofinya, Seputar Indonesia edisi daerah menjadi harianlokaldidaerahsetempatsehingga kehadirannya dituntut harus lebih awal agar bisa dibaca masyarakat di daerah setempat lebih pagi.

Memang bisnis surat kabar di Indonesia tidak mudah. Harian Seputar Indonesia hadir pada saat koran-koran lain sudah ada dan banyakyang cukupmapan,bahkanada yang masuk kategori sangat mapan. Namun, kemapanan korankoran lain tidak membuat semangat tim harian Seputar Indonesiamengurungkan niatnya.

Justru hal ini menjadi sebuah tantangan. Bagi tokoh media Rupert Murdoch, ketatnya persaingan justru menggairahkan karena dia sangat menyukai kemenangan. Pandangan Murdoch diamini Stephen A Schwarzman yang membangun The Blackstone Group dan kini menjadi salah satu perusahaan besar di dunia.

Dia mengakui, ”Orang harus paham bahwa permainan sesungguhnya adalah untuk bersaing dan menang.” Murdoch ketika awal membangun Postdi New York merasakan betapa persaingan surat kabar di Amerika sudah sangat ketat. “Mungkin ini sudah menjadi gen saya.

Jujur saat saya memulai, ada surat kabar yang jauh lebih besar dan mapan. Kami harus bersaing untuk bertahan hidup,” kata Murdoch ketika itu.Namun kebesaran media-media yang sudah mapan tidak menyurutkan Murdoch untuk terus berjuang. Apa yang dilakukannya dengan Post cukup sederhana, yakni menampilkan jurnalisme yang lebih baik, lalu terus bertahan,terus maju sampai akhirnya bisa berhasil.

Tidak hanya Post yang dibidani Murdoch.USATodaypada awal berdirinya pada 1982 juga menghadapi kegamangan karena sebelum terbit, media-media mapan sudah terlalu banyak. Pendiri USA Today Al Neuharth memiliki keyakinan yang kuat bahwa korannya akan bisa survive.

Bahkan dia di awal berdirinya sudah memiliki prediksi bahwa USA Today akan bisa survive dalam kurun waktu lima tahun. Meskipun prediksinya meleset dan baru tercapai setelah kurun delapan tahun atau tepatnya lebih booming pada tahun ke-10, USA Today dengan keyakinan Al Neuharth akhirnya menjadi pemenang dan menjadi koran dengan tiras terbesar dan paling banyak dibaca orang Amerika.

Proses kemenangan USA Today memang tidak mudah karena di tengah perjalanannya juga pernah dihantui banyak kebimbangan, keragu-raguan, dan tentu keterbatasan modal. Namun ada satu hal yang dibuat Al Neuharth, yakni menjaga seluruh timnya kompak dan terus memiliki semangat serta mengerahkan segala kreativitas untuk membangun USA Today menjadi koran besar.

Kini berkat kerja kerasnya,USA Today menjadi koran yang mapan dengan tiras 2 juta lebih per hari di Amerika dan beredar di 60 negara. Bagi harian Seputar Indonesia, success story koran-koran besar memberi inspirasi untuk memacu sebuah prestasi besar di bidang persuratkabaran, khususnya di Tanah Air.

Seperti halnya pemikiran Rene Descrates: cogito ergo sum (ketika saya berpikir, maka saya ada), itulah logika positif untuk memacu sebuah prestasi. Tidak terlalu berlebihan bahwa yang tampak saat ini, tren harian Seputar Indonesia tumbuh secara cepat menjadi koran besar sudah bisa dirasakan.

Dengan infrastruktur, jaringan sinergi, dan sistem permodalan yang kuat serta semangat teamwork yang baik, seiring dengan semakin besarnya populasi masyarakat terdidik, maka jurnalisme yang dikembangkan Seputar Indonesia pun lebih berorientasi pada wise journalism. Sebuah istilah untuk koran yang masih berusia muda, tetapi memiliki pemikiran yang dewasa, kreatif, dan konstruktif.

Sebagaimana dirasakan para pembaca, koran ada di mana-mana, tetapi untuk memenuhi selera pembaca yang beragam, mempertahankan jurnalisme yang bijaksana secara konsisten di tengah turbulensi politik dan impitan persaingan yang ketat bukanlah suatu persoalan yang mudah.

Harian Seputar Indonesia ingin memosisikan diri dalam situasi apa pun, tetap bisa mempertahankan sikap yang bijak, tetapi tetap bisa menyuguhkan sikap kritis, angle yang kreatif, dan selalu berpikiran yang konstruktif. Misinya adalah agar pembaca tetap merasakan nilai-nilai positif dari setiap berita yang hadir tiap hari di harian Seputar Indonesia.

Konsistensi tersebut yang akan terus dijaga karena persaingan yang dihadapi bukan saja antarsurat kabar, tetapi sudah merambah persaingan dengan media online, televisi, dan media digital lainnya. Hal ini yang membuat harian Seputar Indonesiaharus tetap berada dalam posisi on track agar keberadaannya tidak tergerus oleh persaingan.

Lima belas tahun yang lalu,ketika di Amerika sedang booming ecommers, Bill Gates meramalkan bahwa sekarang era matinya surat kabar karena kiblat pembaca beralih ke internet.WarningBill Gates ini sempat cukup merisaukan kalangan media karena di Amerika, tiras koran mengalami penurunan yang signifikan.

Namun di Indonesia, warningBill Gates belum memberikan dampak secara signifikan karena kultur masyarakat Indonesia masih merasa memilih koran sebagai sumber bacaan. Masih kuatnya bisnis surat kabar di Indonesia diperkuat dengan belanja iklan karena untuk jenis bisnis ini masih lumayan besar.

Pada 2008 belanja iklan kotor mencapai Rp30 triliun,60% dialokasikan untuk televisi,30% untuk surat kabar, sisanya untuk radio,media online, majalah, tabloid, dan yang lain.Pada 2009, diprediksi sampai akhir tahun belanja iklan kotor bisa naik sampai Rp40 triliun atau naik signifikan sekitar 33,3%.

Suburnya belanja iklan ini yang membuat industri surat kabar masih bertahan. Memang, tidak bisa dimungkiri, yang bisa menikmati kue iklan ini hanyalah sebagian surat kabar yang sudah mendapat tempat di hati pembaca dan bertiras besar. Alhamdulillah, harian Seputar Indonesia termasuk surat kabar yang ikut menikmati besarnya belanja iklan tersebut.

Beberapa faktor lain yang mengakibatkan bisnis di industri media tetap terus berkembang adalah karena penetrasi readership masih di bawah 25% sehingga potensi untuk terus tumbuh masih sangat besar. Selain itu, tiras cetak surat kabar rata-rata masih di bawah 30% sehingga peluangnya untuk mengembangkan masih cukup besar. Hal inilah yang berakibat bisnis di sektor ini masih terus diperebutkan.(*)

HARY TANOESOEDIBJO
Pemimpin Umum
Harian Seputar Indonesia

No comments: