Friday, March 18, 2011

Kampanye Anti Korupsi Lewat RBT

Friday, 18 March 2011
AKBAR Faizal sudah dikenal cukup vokal sebelum menjadi wakil rakyat di Senayan.Namun,namanya baru melejit di kancah politik nasional saat dia menjadi anggota Pansus Bank Century.

Lewat panggung Pansus Bank Century itu,politikus Partai Hati Nurani (Hanura) ini mulai mengobarkan semangat pemberantasan korupsi,apa pun risikonya.Karena itu,saat dia pulang kampung ke Makassar, dia dihadiahi sebuah badik dari para aktivis dan mahasiswa Makassar.

Senjata tajam itu sebagai tanda perlawanan korupsi di Indonesia. Bagi Akbar,kampanye antikorupsi tidak hanya dilakukan melalui panggung politik semata. Salah satunya,dia memulai olah vokal dengan lagu antikorupsi melalui ring back tone(RBT) dan dapat diunduh lewat youtube.com.

Pesan yang disampaikan jelas,yaitu para pejabat negara diajak menjauhi praktik korupsi. Inilah penggalan lirik lagu yang dinyanyikan Akbar dari karya Farhat Abbas.Bukan takut KPK,bukan takut mereka, tapi takut korupsi.Jika tak mampu berantas tuntas korupsi,mundur saja,ganti saja, copot saja,jangan ikut korupsi. Harus takut korupsi,jangan takut KPK,hakim,jaksa,polisi. 

Meski demikian,ayah tiga anak ini menyebutkan bukanlah seorang penyanyi. Karena itu,dia tak mengharapkan imbalan. Melalui lagu tersebut,dia hanya menginginkan negeri ini bebas korupsi.“Saya bukan penyanyi,tapi politikus,”ujar dia saat ditemui SINDOdi Gedung DPP Partai Hanura, Jakarta,kemarin.

Pembuatan lagu tersebut awalnya merupakan proyek bersama kalangan politisi untuk memerangi korupsi. Namun,anggota Bamus DPR RI itu menolak bersama-sama dan memilih lagu sendiri karena ada lirik di salah satu lagu yang dinilainya tidak cocok.

“Saya diajak sama Farhat,itu sebenarnya proyek untuk teman-teman anggota Dewan,tapi kemudian ada lirik di salah satu lagu itu,yang menurut saya tidak cocok, yakni ‘Jangan mengusik-usik masa lalu’,makanya saya pilih lagu ini saja Takut Korupsi,” tutur dia.

Meski single,suami Andi Syamsartika Virawati ini ditemani belasan anak-anak, pemuda,dan sejumlah kalangan sebagai tekad memerangi perilaku korupsi di negeri ini.Dalam lirik lagu itu juga menyuarakan jangan takut KPK,tapi takutlah akan korupsi dan kepada Tuhan.

Lagu yang berdurasi 3.45 menit ini tidak hanya dikemas dalam irama pop,tapi juga dalam aransemen reggaeagar bisa dinikmati sambil bergoyang.“Jadi,sengaja dalam bentuk reggae,seperti lagu Poco-Poco pada pagi hari,” kata dia. Proses rekaman yang dijalani Ketua DPP Partai Hanura ini tidak sulit.Meski sebelumnya tidak pernah melihat naskah ataupun mendengar liriknya,hal itu dilaluinya dengan lancar.

“Itu gila,saya tidak pernah dengar lagunya,langsung diminta ke studio.Saya dengar lagunya beberapa kali,lalu saya masuk langsung rekaman.Tidak pernah tahu lagunya. Naskahnya seperti apa, mungkin saja karena apa yang diperjuangkan selama ini ada dalam lagu itu,”katanya. Jika ditilik ke belakang, Akbar memang pernah melakoni vokalis sebuah grup band saat masih mahasiswa di IKIP Ujung Pandang (sekarang UNM Makassar).

“Dulu saat masih kuliah,saya memang vokalis di Band IKIP, tapi sekarang saya tidak tahu apakah band itu masih eksis atau tidak,”tutur Koordinator Staf Khusus Ketua Umum DPP Partai Hanura ini. Meski telah meluncurkan lagu dan banyak diterima kalangan masyarakat luas, mantan aktivis mahasiswa ini tidak akan mengomersialkan lagu tersebut atau mengharapkan keuntungan dari lagu yang menyuarakan antikorupsi itu.

“Perjanjian saya dengan teman-teman ini tidak komersial,ini adalah proses sosialisasi antikorupsi sehingga itu lah boleh dimasukkan dalam youtube, RBT,dan sebagainya,”ucap mantan jurnalis ini. Akbar mengaku,dari proses rekaman hingga masuk dalam RBT,dia tidak menerima uang dari peluncurannya.

Bahkan,jika nanti ada royalti dari lagu tersebut,akan diserahkan ke panti asuhan.“Saya tidak tahu hitungannya seperti apa,tapi jika ada bagian saya nanti, akan disumbangkan untuk panti asuhan,”ungkap dia. 

Saat ini Akbar Faizal memiliki tiga pondok pesantren yang berada di Depok,Kabupaten Soppeng,dan Wajo. Juga ada satu panti asuhan yang ada di Bogor dan rumah jompo.“Saya tidak melihat unsur uang,tapi unsur sosialisasi antikorupsi,”tandasnya.

ABDULLAH NICOLHA
Jakarta 

No comments: