Sunday, October 18, 2009

Kebakaran di Soppeng, 1 Tewas,6 Rumah Ludes


Sunday, 18 October 2009
ABAIKAN GARIS POLISI: Nampak sejumlah warga mengabaikan peringatan polisi untuk tidak melintas garis polisi di TKP kebakaran Enrekeng di Kecamatan Ganra, Jumat (16/10) malam

WATANSOPPENG(SI) – Kebakaran kembali terjadi di Kabupaten Soppeng kali ini ‘si jago merah’ itu mengamuk di Desa Enrekeng Kecamatan Ganra yang menghanguskan tujuh rumah, enam diantaranya rata dengan tanah.

Selain itu, kejadian tersebut juga menelan korban jiwa Lamang ,43,warga setempat karena terjatuh di sumur yang berada di depan rumahnya.

Diduga,korban kaget saat api mulai mengamuk di salah satu rumah warga. “Dia (korban) sementara di sumur ingin mengambil air,mungkin kaget karena api sudah menyala di salah satu rumah kemudian terpeleset dan kepalanya terbentur ke lantai,” ungkap Lauddin ,48,kakak korban di lokasi kejadian, kemarin.

Informasi yang dihimpun SI, api bermula di rumah Tasse ,47,sekitar pukul 20.00 wita Jumat (16/10) malam kemudian menjalar ke lima rumah yang ada di sekitarnya.

“Api berasal dari rumah Tasse yaitu dari tumpukan jerami yang ada di kolong rumahnya,” ungkap saksi mata H Nori ,63, di lokasi kemarin. Saat kejadian,kondisi desa tersebut sangat hening dan gelap.Pasalnya, wilayah itu mengalami pemadaman bergilir sehingga,warga yang baru selesai melaksanakan salat Isya langsung panik dan berhamburan keluar dari rumah.

Sejumlah warga mengaku,ada yang sempat menyelamatkan harta bendanya dan ada yang hanya mengenakanpakaiandibadanmereka. “Saya pribadi langsung keluar dari rumah karena panik dan tidak memikirkan untuk menyelamatkan barang-barang.”

”Kami takut api juga menyeberang ke rumah,”ungkap Sakriani ,30, tetangga korban kepada SI di lokasi kejadian,kemarin. Sementara korban Faisa,30, mengaku, dirinya sempat menyelamatkan harta bendanya berupa emas seberat 30 gram dan ijazah anak semata wayangnya Dian Andriana ,17, yang tersimpan di laci lemarinya.

“Alhamdulillah, saya sempat ambil emas ku 30 gram dan ijazah anak yang kebetulan tersimpan dalam satu laci, itu ji yang bisa diselamatkan dan baju sementara dipakai,” ungkapnya dengan nada haru kepada SI di rumah keluarganya,kemarin.

Kendati demikian kata dia, masih banyak barang-barang berharga miliknya yang tidak sempat diselamatkan termasuk uang setoran sekolah yang dipegang oleh anaknya sebagai bendahara Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMA Negeri 1 Watansoppeng.

Dia mengaku beruntung karena dapat menyelamatkan diri karena api yang membakar rumahnya yang berawal dari kolong rumah sangat terdengar bergemuru laksana air. “Sesaat sebelum keluar dari rumah saya mendengar api seperti air sungai yang bergemuruh, saya pun langsung bergegas keluar,”ungkap ibu satu anak ini.

Sementara tantenya Siya ,60, yang rumahnya bersebelahan tidak sempat menyelamatkan harta bendanya kecuali yang ada di badan.“Jadi,tidak ada sama sekali yang bisa kami selamatkan karena api dengan cepat membakar rumah, kira-kira tidak sampai 30 menit enam rumah sudah hancur terbakar,” ungkap Nursiah ,28, saat mendampingi ibunya Siya yang terlihat masih sangat shock.

Dia mengaku, saat kejadian, dirinya bersama sang ibu dan keponakannya Latang 3 tahun sedang tertidur karena kondisi kampung sangat gelap,dia pun terjaga setelah mendengar teriakan warga.

“Saya langsung bangunkan ibu dan ponakan saya dan segera keluar dari rumah,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca. Begitu juga yang dialami oleh keluarga Tasse, dirinya sekeluarga juga tidak dapat menyelamatkan harta bendanya yang ada hanya pakaian di badan.

Informasi yang dihimpun SI, saat kejadian, Tasse dan istrinya tidak berada di rumahnya karena sedang berkunjung ke rumah anaknya yang berjarak sekira 200 meter dari rumahnya.

Indah ,19, anak korban mengaku, ayah dan ibunya sedang berkunjung ke rumah kakaknya Basri ,30, namun, sebelum tiba di rumah yang dituju, api sudah mulai berkobar, sehingga harta benda yang berada di dalam rumah tidak dapat diselamatkan. “Bapak dan mamaku, sedang berkunjung ke rumah kakak,jadi saat api rumah terbakar tidak ada orang di rumah, kosong,” ujarkan kepada SI di lokasi kebakaran,kemarin.

Dia mengaku,pihaknya belum dapat menaksir berapa kerugian yang dialaminya karena tumpukan jerami hasil panen yang disimpan di kolong rumah juga ikut terbakar, bahkan, dua mesin dompeng milik orang tuanya juga ikut terbakar. “Banyak, kami belum bisa hitung yang jelas banyak kerugian mesin saja berapa? Hasil panen, perhiasan emas ditambah rumah,” ungkapnya dengan nada haru.

Sejumlah warga mengaku,api dengan cepat menghanguskan enam rumah yang berada di perkampungan padat penduduk tersebut. Bahkan, dengan cepatnya lima unit mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan oleh pemkab Soppeng sebanyak tiga unit dan Pemkab Wajo dua unit tidak mampu menghalaunya karena lokasi kejadian sulit dijangkau dan jauh dari kota.

“Tidak na dapat ki pemadam karena, api dengan cepat menghanguskan enam rumah, mungkin tidak cukup 30 menit habus mi itu enam rumah, cepat sekali memang, jadi wajar,” ungkap Nursiah yang juga menjadi korban dalam musibah tersebut.

Mendengar kejadian tersebut jajaran Kepolisian setempat langsung terjun ke lokasi untuk mengerahkan bantuan dan memasang police line di lokasi kebakaran. “Kami langsung kerahkan anggota olah TKP dan memasang police line,situasi tetap aman terkendali,” ungkap Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Soppeng Ajun Komisaris Polisi Zainuddin kepada wartawan via ponselnya,kemarin.

Menurut dia, dari kejadian tersebut kerugian sementara ditaksir mencapai Rp400-an juta. Informasi yang dihimpun,korban yang meninggal saat kejadian itu langsung dimakamkan besok harinya (kemarin) di desa setempat.

Sementara korban lainnya masih sangat terlihat shock dengan musibah yang menimpa mereka. Warga setempat mengaku, pihaknya telah mendapat bantuan dari pemerintah berupa alat-alat dapur melalui Dinas Sosial setempat begitu juga dengan Bupati Soppeng Andi Soetomo yang langsung meninjau lokasi kejadian Jumat malam. “Bupati sudah datang juga tadi malam kemarin,”ungkap Faisa ,30,kepada SI,kemarin.

Sementara, para korban mengaku mereka saat ini terpaksa tinggal di rumah sanak keluarga. Mereka berharap, agar pemerintah setempat dapat memberikan bantuan untuk membangun kembali rumah-rumah mereka.

“Kami tidak terlalu berharap banyak, satu saja harapan kami yakni bantuan untuk membangun rumah kami kembali,”katanya haru sambil mengusap matanya yang mulai berair. (abdullah nicolha)

No comments: