Thursday, January 28, 2010

Demo Ricuh,Dua Mahasiswa Luka

Thursday, 28 January 2010
WATAMPONE(SI) – Demo mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bone di Kantor DPRD Bone,ricuh dan mengakibatkan dua mahasiswa terluka.

Dua mahasiswa yang mengalami luka di bagian kepala dan leher bernama M Ali dan Tahir.Kericuhan terjadi ketika mahasiswa yang memaksa masuk ke lantai 2 (ruang sidang paripurna DPRD) dihadang petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Barikade Satpol PP yang dilengkapi tameng, pentungan, serta helm, sulit ditembus mahasiswa. Sempat terjadi saling dorong, tapi mahasiswa berhasil dihalau dan dikejar petugas Satpol PP. Akibatnya, dua mahasiswa terluka kena pukul di bagian leher dan kepala. “Saya terkena pentungan beberapa petugas sehingga leher saya luka,” ujar Ali sambil menunjukkan lehernya.

Sebenarnya unjuk rasa mahasiswa yang mengenakan seragam biru kuning berlangsung damai di depan DPRD Bone.Mereka menggelar demo mengevaluasi 100 hari kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dinilai tidak ada kemajuan. Namun, cuaca panas dan tak ada satu pun anggota Dewan yang menemui mereka, membuat mahasiswa kesal.

Meski telah menunggu di ruang aspirasi, tak satu pun anggota DPRD yang menemui mahasiswa. Suasana kembali memanas dan berhasil diredam setelah sejumlah anggota Polres Bone turun. Selain memperingati 100 hari kepemimpinan SBY, mahasiswa juga meminta Dewan memberikan kejelasan terkait defisit Rp80 miliar yang dialami Bone.

Setelah demo,M Ali yang mengaku dipukuli oknum anggota Satpol PP melaporkan kasus tersebut ke Mapolres Bone. Kepala Satpol PP Dray Vebriyanto mengaku telah mendapatkan laporan adanya aksi saling dorong antarmahasiswa dengan anggotanya. Hanya dia membantah jika anggotanya sengaja memukul mahasiswa.

“Aksi dorong-dorongan kan biasa. Namun, anggota kami jika terdesak harus melindungi diri. Hanya demo kali ini belum ada laporan anggota yang memukul,” ungkapnya. Meskipun mengakui tidak ada anggotanya yang memukul,dia tetap akan mengevaluasi. Jika terbukti ada anggotanya yang sengaja memukul demonstran, akan dikenakan sanksi tegas.

Kapolres Bone AKBP Zarialdi mengatakan, sebenarnya tidak ada kericuhan, hanya mahasiswa memaksa naik ke lantai 2 untuk bertemu anggota Dewan. Akibatnya, terjadi aksi kejar-kejaran antara mahasiswa dan Satpol PP. “Memang ada mahasiswa yang luka dan mengaku dipukuli Satpol PP. Kami minta kalau merasa dirugikan silakan melapor untuk diproses. Jangankan dari luar, jika salah satunya dari anggota kami,tetap akan ditindak tegas,” tandasnya.

Polres Bone menurunkan sekitar 150 personel untuk mengamankan kantor kejari, kantor bupati, kantor DPRD, dan Polres, terkait maraknya aksi demo 100 hari pemerintahan SBY. Di Bone, terjadi tiga kelompok aksi unjuk rasa, yakni PMII, HMI, dan gabungan LSM Bone.

Dari Soppeng, demo 100 hari pemerintahan SBY digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).Koordinator lapangan (korlap) HMI Cabang Soppeng Muh Erwin Arifin dalam orasinya, menuntut SBY-Boediono mundur karena dinilai gagal dalam 100 hari kepemimpinannya.

“Dampak kegagalan ini dirasakan masyarakat di daerah, tidak hanya di Jakarta.Masyarakat akar rumputlah yang paling merasakan, apalagi dari sektor pertanian,” ujarnya berorasi di depan BRI Cabang Watansoppeng, kemarin.

Dia pun menilai data Institute Global Justice (IGJ) menyatakan, kegagalan SBY telah ditutup-tutupi dengan memanipulasi data. “Data pemerintah menyebutkan bahwa 100 juta masyarakat Indonesia telah bekerja, tapi jumlah pekerja di sektor permanen hanya mencapai 40 juta,”ujarnya.

Mereka pun menuntut Skandal Bank Century segera dituntaskan karena hal tersebut membuat kepercayaan masyarakat semakin berkurang terhadap pemerintahan SBY-Boediono.
Mereka pun meminta Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani bertanggung jawab atas kasus tersebut, sebab masyarakat sudah cukup lelah melihat pentas politik yang terjadi.

Tuntutan yang sama juga disampaikan puluhan aktivis PMII Cabang Soppeng.Mereka menilai pemerintahan SBY-Boediono selama 100 hari tidak memberikan arti penting dalam demokrasi negara.

“Indonesia berada di ambang kehancuran, selama ini kita melihat Pak Presiden dan Wakil Presiden pandai bermain akrobatik,” kata korlap PMII Cabang Soppeng F Umar Ghozali dalam orasinya saat menggelar long march mengelilingi pusat Kota Watansoppeng, kemarin. (rahmi djafar/ abdullah nicolha)

No comments: