Sunday, January 18, 2009

10 Desa di Kawasan Terpencil Masih Terisolir

Monday, 19 January 2009

POLEWALI (SINDO) – Sedikitnya 10 desa di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat masih terisolir pasca banjir bandang yang melanda daerah tersebut Sabtu(10/1) lalu.

Kesepuluh desa yang masih terisolir tersebut terdapat di Kecamatan Limboro satu desa yakni Desa Pendulangan, lima desa di Kecamatan Tubi Taramanu (Tutar), dua desa di Kecamatan Alu, Desa PaoPao dan Alu,dan dua desa di Kecamatan Luyo yakni, Desa Sambaliwali dan Pussui Kampung Baru. Informasi yang dihimpun SINDO, kebanyakan dari desa tersebut terdapat di kawasan terpencil karena selain akibat banjir akses jalan juga tertutup oleh longsor.

“Memang masih ada beberapa desa yang terisolir tetapi saya yakin tidak sebanyak itu lagi, karena kami (Pemerintah Kabupaten) telah melakukan beberapa penanganan untuk membuka akses jalan yang tertutup,” kata Wakil Bupati Polman Nadjamuddin Ibrahim kepada SINDO, kemarin. Menurut Wabup yang baru menjabat ini,desa yang sangat sulit dijangkau adalah Desa Tobi dan Taramanu.Pihaknya menyalurkan bantuan melalui udara dengan satu unit helikopter bantuan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Alhamdulillah, dengan helikopter itu kami (Pemkab) dapat menyalurkan bantuan dengan cepat yakni sekira 10 menit sudah berada di lokasi banjir,”jelasnya. Sementara itu, pantauan SINDO di Kecamatan Alu tepatnya di Desa Petoosan yang merupakan daerah terparah, 200-an Kepala Keluarga (KK) terpaksa harus tinggal di tenda- tenda darurat, karena rumah mereka sudah hancur diterjang banjir yang melanda daerah itu.

Sementara warga Desa Pao-Pao dan Alu yang masih terisolir juga terpaksa harus berjalan kaki sepanjang 5 km karena jalan tertutup oleh banyaknya kayu glondongan yang menutup ruas jalan menuju daerah tersebut. Bantuan untuk warga di dua desa itu juga harus diangkut secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Tiga Orang Belum Ditemukan

Sementara itu, sedikitnya tiga orang korban banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Polewali Mandar (Polman) beberapa waktu lalu,hingga saat ini belum ditemukan. Data yang dihimpun SINDO, saat banjir bandang melanda wilayah Polewali Mandar sedikitnya 13 orang dinyatakan hilang, 10 diantaranya telah ditemukan dalam keadaan meninggal dan telah dikebumikan.

Kebanyakan korban berasal dari Kecamatan Alu yakni sebanyak sembilan orang,dua orang di Tinambung, satu orang di Desa Buku Kecamatan Wonomulyo. Ketiga korban yang belum ditemukan tersebut yakni berasal dari Kecamatan Tinambung berjumlah dua orang dan satu korban lainnya di Kecamatan Alu.“Masih ada tiga orang korban yang belum ditemukan,yakni dua orang di Tinambung dan satu orang di Alu,”kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Polman Suaib Kambo kepada SINDO,kemarin.

Menurut dia, pencarian atas ketiga orang tersebut hingga saat ini telah dihentikan. Pasalnya,waktu pencarian korban telah melewati batas.“ Sesuai aturan SAR,pencarian bagi korban bencana hanya membutuhkan waktu tujuh hari. Jadi, kalau dalam masa itu tidak dapat ditemukan kita hentikan atau kalau ada tanda-tanda kita lanjutkan, tapi saat ini pencarian sudah dihentikan,”jelasnya.

Banjir bandang yang melanda wilayah Polman Sabtu (11/1) lalu itu merupakan terparah selama 10 tahun terakhir karena selain menewaskan 13 orang juga menyebabkan 5000-an rumah di enam kecamatan di Polman rusak,dan sebagian besar rusak parah. Dari pantauan SINDO, di Desa Petoosang Kecamatan Alu, ratusan rumah masih dalam kondisi rusak parah,material banjir bandang seperti kayu gelondongan,batu dan lumpur masih menimbun sebagian besar rumah dan bekas pemukiman warga.

Di kawasan tersebut, lebih 100-an rumahratadengantanah, saatini yang tampak adalah tenda– tenda putih sebagai pengganti tempat para korban yang kehilangan tempat tinggal. Data yang dihimpun SINDO di Posko Induk bencana banjir, kerugian materil akibat banjir bandang tersebut tercatat puluhan ribu hektare sawah dan ribuan hektare tambak hancur, dan sejumlah jembatan putus.

Sementara untuk rumah penduduk yang terkena terjangan banjir, tercatat 566 hanyut, 1.571 rusak berat, dan 3.858 rusak ringan. “Kami akan terus berupaya untuk menanggulangi bencana ini dalam waktu cepat semaksimal mungkin,” kata Wakil Bupati Polman Nadjamuddin Ibrahim kepada SINDO,kemarin.

Bantuan Terus Mengalir

Hingga kemarin, bantuan untuk korban banjir Polewali Mandar terus mengalir diantaranya dari pemerintah kabupaten Majene yang diserahkan langsung oleh Bupati Majene Kalma Katta berupa 10 ton beras, 1 ton gula pasir, 300 dos mie instan,dan air mineral. Pihak Polres Majene juga turut memberikan bantuan serupa, begitu juga dengan sejumlah anggota DPRD Sulbar.

“Bantuan ini merupakan wujud kepedulian Pemkab Majene terhadap korban bencana alam ini agar dapat sedikit meringankan penderitaan masyarakat,”kata Kalma Katta kepada wartawan di lokasi banjir,kemarin. Wakil Ketua DPRD Sulbar Arifin Nurdin menyatakan, akan memerjuangkan korban banjir tersebut agar dapat dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Sulbar nantinya, karena bencana tersebut sudah tergolong sangat besar yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah pusat.

Terpisah, Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Anwar Adnan Saleh mengatakan untuk mengirim bantuan ke 13 desa di Kecamatan Tubitaramanu (Tutar) yang terisolir, pihaknya sudah menerima bantuan satu unit helikopter dari Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sudah dioperasikan sejak Sabtu (17/01) lalu.“Memang banjir sudah surat, tapi akibatnya hampi 50% jalur transportasi darat rusak parah. Satu- satunya jalan adalah mengirim bantuan melalui jalur udara,”katanya.

Anwar mengungkapkan, pihaknya sudah meminta bupati se-Sulbar untuk menghitung kerugian yang timbul akibat banjir bandang ini. “Kami belum bisa memastikan berapa kerugian akibat banjir ini karena harus dihitung dengan teliti. Mungkin dalam waktu dekat dan paling lambat dua tiga hari ini, perhitungan kerugian akibat banjir ini sudah bisa dikeluarkan,” jelasnya. (abdullah nicolha).

No comments: