Sunday, 18 January 2009
”Mua’ na poeloi puang, nanapepembalii iyade pakkappale patangallo pai,macakke sannali usaqding pappenadingu, urasa sannali kareppu ingga’na le’ba na nabesoa naung di sasi”
SEORANGlelaki berumur sekitar 60 tahun dengan tinggi badan kira-kira 150 sentimeter melangkahkan kaki keluar dari tenda darurat keluarga korban KM Teratai Prima di belakang kantor Syahbandar Majene.
Perlahan tapi pasti, dia terus berjalan dengan bibir yang terus terlihat komat-kamit seperti orang membaca mantra.Tubuh laki-laki paruh baya yang terlihat sudah sedikit bongkok, matanya tajam memandang lepas jauh ke Laut Majene yang pagi itu mulai terlihat pasang. Lelaki itu seakan tak menghiraukan orangorang yang mengiringinya. Langkahnya terhenti tepat di pinggir dermaga Pelabuhan Majene.
Dengan berjongkok dia memandang laut.Beberapa saat dia terlihat serius dan kemudian berhenti. Sappe, begitulah namanya tercatat di kartu tanda penduduk (KTP). Hari itu, Sappe menggelar ritual khusus terhadap korban tragedi KM Teratai Prima yang ditelan Perairan Batu Roro,Minggu (11/1) lalu.
Dia kemudian meminta kerabat korban mengupas kulit kelapa muda yang telah dipersiapkan untuk memulai ritual. Setelah kulit kelapa dikupas lelaki tua itu pun mengambil kelapa dan mendekatkannya ke mulut. Bibirnya terlihat keriput terlihat bergerak membacakan mantra ke dalam kelapa muda kemudian meniupnya sebanyak tiga kali. Setelah itu,dia membuang air kelapa muda itu ke laut, lalu batok kelapa, serta membuang kelapa tua, sabuk kelapa yang juga telah disiapkannya.
Seusai membuang alat ritual yang dipakainya itu ke laut, laki-laki yang lebih dikenal dengan panggilan Kama’ Cicci, membacakan mantra. ”Mua’ na poeloi puang, nanapepembalii iyade pakkappale patangallo pai” (Sesuai keinginan Tuhan, korban ini kan dikembalikan/ diperlihatkan empat hari ke depan). Setelah mengucapkan itu, lelaki itu langsung berdiri dari tempatnya diikuti oleh puluhan kerabat korban dan puluham warga yang menyaksikan ritual tersebut.
Seakan kaget,Kama’ Cicci mengatakan, ”Macakke sannali usaqding pappenadingu, urasa sannali kareppu ingga’na le’ba na nabesoa naung di sasi” (Saya merasakan badan kedinginan sekali, saya rasa, para korban sangat dekat, seakan ingin menarik diriku ke dalam laut,” puluhan orang yang menyaksikan upacara ritual itu pun langsung kaget. Lelaki tua asal Kecamatan Binuang,Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulbar itu langsung melangkahkan kakinya diikuti oleh puluhan orang yang menyaksikannya.
Orang-orang pun kembali kaget setelah beberapa langkah, lelaki tua yang dipercaya memiliki indra keenam (six sense) itu, langsung berbelok menuruni tanggul dermaga. Perlahan dia turun ke laut merasakan dinginnya air laut tanpa mengiraukan celananya basah oleh air laut, dua orang lelaki langsung mengikutinya dan memerhatikannya dan siap untuk meraih tangan lelaki tua itu karena takut akan berjalan ke tengah laut. Sekira 10 menit merasakan dinginnya air laut lelaki asal Binuang itu kembali naik ke atas dermaga.Tanpa mengiraukan alas kakinya dia terus berjalan menuju tenda dimana kerabat korban berkumpul.
Dia berucap dengan nada meyakinkan, ”Insya Allah, patangallo pai nanapipitangani manini.” (empat hari lagi mereka akan diperlihatkan). Kendati demikian, lelaki tua tersebut menyatakan bahwa, hal ini agar jangan membuat kerabat korban langsung senang karena itu hanya merupakan pirasat dari seorang lelaki biasa yang hanya mampu berharap kepada Tuhan.
”Iya u die hanya maua tappa toda iyau apa usaqding, mua palakang napoeloi puang Alhamdulilla, ya mudah-mudahan tia tipatengi” (Saya ini hanya mengatakan apa yang saya rasa tetapi mudah-mudahan saja begitu),” terangnya sambil menghisap rokok yang baru dibakarnya. Kama’ Cicci sengaja didatangkan oleh kerabat korban yang memintanya datang untuk memberikan penerawangan terhadap korban KM Teratai Prima yang tenggelam di Perairan Tanjung Batu Roro Sendana Majene.
Dia berasal dari Kecamatan Binuang yang berjarak kira-kira 60 km dari Kab Majene. Lelaki tua tersebut sudah dipercayakan oleh orang sekampungnya untuk memberikan penerawangan terhadap makhluk gaib yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. (abdullah nicolha).
No comments:
Post a Comment