Thursday, 22 January 2009
Polewali.Pagi itu tanah di Desa Petoosang Kecamatan Alu kembali basah,terlihat lumpur-lumpur yang sejak sepekan lalu telah mengeras,kembali meleleh sedikit demi sedikit.
SEAKAN ingin kembali mengulang kisah mengerikan yang tertoreh bagi 1000-an warga Petoosang dan sekitarnya. Hujan yang kembali membasahi pemukiman warga yang saat ini berubah menjadi tenda-tenda darurat pasca banjir membuat mereka cemas.
Pasalnya, hujan yang turun malam itu cukup deras dan disertai angin kencang, tetapi ketegangan mereka tidak berlangsung lama karena hujan malam itu hanya turun beberapa menit saja sehingga kecemasan warga akan meluapnya kembali sungai Petoosang hilang. Saat ini, ratusan orang korban banjir yang kehilangan tempat tinggal terpaksa harus tinggal ditendatenda pengungsian,sementara sebagian lainnya memilih tinggal di rumah sanak keluarganya.
Kendati telah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat yakni tempat pengungsian yang layak agar para korban banjir tersebut tidak terserang penyakit. Mereka tetap ingin tinggal di lokasi rumahnya kini telah rata dengan tanah. Sementara Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh berjanji, pihaknya dalam waktu dekat akan mengupayakan penampungan sementara yang lebih refresentatif di lokasi yang lebih layak dan aman.
Lokasi penderian tenda tersebut sebelumnya merupakan perkampungan yang padat karena juga sebagai bagian dari pasar Kecamatan Alu. ”Memang ada bantuan pemerintah yakni tempat yang lebih layak untuk mengungsi tetapi kami tetap ingin tinggal di lokasi rumah kami yang dulu.
Kami merasa berat hati meninggalkannya karena sudah puluhan tahun kami tinggal disini, biarlah hanya tenda saja sambil menunggu lokasi ini dibenahi,” kata salah seorang warga Petoosang Syamsul ,42, kepada SINDO,kemarin.
Para korban banjir yang tersebar hampir di seluruh wilayah Polewali Mandar saat ini hanya menanti bantuan dari semua pihak untuk bertahan hidup di tengah masa sulit yang mereka hadapi, banjir bandang tersebut telah menghancurkan semua harta benda mereka, bahkan mereka tidak sempat mengamankan pakaian yang tersisah hanya baju yang melekat di badan mereka saat itu.
”Semuanya habis terbawa arus, tidak ada yang sempat kami ambil, hanya baju yang kita pakai saja yang tertinggal,” tutur Syamsul dengan nada haru. Selain bahan makanan, bantuan berupa pakaian bekas juga diberikan kepada korban banjir. Bahkan, saat pakaian-pakaian tersebut dibagikan, karena takut tidak dapat bagian, para korban banjir langsung berebut untuk memilih pakaian mana yang cocok di badan mereka.
”Hal ini terpaksa dilakukan karena kami tidak memiliki apa-apa lagi semuanya habis terbawa arus,” kata Rahma ,30, warga Petoosang yang ditemui,kemarin. Dia menyatakan, semua warga saat ini hanya memerlukan bantuan dari semua pihak baik dari pemerintah atau pun dermawan yang terketuk hatinya untuk memberikan bantuan, karena tanpa bantuan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
”Rumah hancur, harta benda sudah habis,pakaian pun juga tidak ada, yang jelas kami sangat memerlukan bantuan, apa saja yang dapat membuat kami senang dan bisa bertahan hidup,”tuturnya. Pemerintah Kabupaten Polman sendiri dalam penanganan pasca banjir tersebut telah menyalurkan bantuannya baik berupa, beras, mie instan, air mineral, obat-obatan dan pakaian bekas.
Begitu juga dengan Pemerintah provinsi Sulbar juga turut memberikan bantuan yang serupa yang diserahkan langsung oleh Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh beberapa waktu lalu,hal serupa juga dilakukan oleh jajaran legislator Sulbar, serta pemerintah Kabupaten Majene dan jajaran kepolisin setempat juga turut memberikan bantuan sebagai ungkapan turut prihatin atas musibah tersebut.
Bahkan, untuk menyalurkan bantuan bagi korban banjir yang hingga saat ini masih terisolir pemkab setempat menyalurkannya melalui jalur udara (helikopter) yang merupakan bantuan dari wakil Presiden Jusuf Kalla untuk korban banjir di daerah tersebut.
Data yang dihimpun SINDO, dari Dinas Kesehatan Polman menyatakan bahwa,hingga saat ini pihaknya telah berhasil melakukan pendataan bagi korban banjir yang terserang penyakit yakni mencapai 3.000- an orang.
”Yang berhasil kami data hingga saat ini adalah sekitar 3.000-an korban banjir yang terserang penyakit seperti gatal-gatal dan demam, data itu kami ambil dari mereka yang berobat pada tim medis di setiap lokasi banjir,” kata Kepala Dinas Kesehatan Polman dr Achmad Azis.
Banjir bandang yang melanda daerah Polewali Mandar 10 Januari lalu itu seakan merampas semua yang dimiliki warga setempat, betapa tidak, rumah satu-satunya yang mereka miliki, ladang, kebun, bahkan harta benda lainnya kini hancur dan hilang semua yang tersisah hanya puing reruntuhan dan kenangan pahit yang tak akan pernah mereka lupakan. Sementara untuk rumah penduduk yang terkena terjangan banjir, tercatat 566 hanyut, 1.571 rusak berat, dan 3.858 rusak ringan. (abdullah nicolha)
No comments:
Post a Comment