Monday, September 8, 2008

Kesejahteraan Petani Meningkat dengan Kakao

Sunday, 07 September 2008

PEKERJAAN yang tidak menentu membuat Idham, 49, warga Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB),hidup serba kekurangan. Dia terus memutar otaknya untuk menghidupi seorang istri beserta tiga orang putranya.

Dia pun memutuskan untuk membuka usaha sendiri dengan menggunakan modal dari pemerintah melalui usaha jual beli barang campuran di Lombok. Sadar usahanya tak kunjung mengalami perubahan, Idham pun beralih usaha dengan menjadi buruh tani dengan menggarap lahan sawah milik orang lain. Meski belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga, dia tetap bertahan menggeluti profesinya tersebut. Pada 1993, Idham tertarik mengikuti program transmigrasi yang ditawarkan pemerintah setempat ke Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Meski dihantui rasa ragu,tapi dia tetap bertekad mengubah nasibnya dengan mengikuti program transmigrasi. Setelah mengikuti pembinaan sekitar dua tahun,dia resmi menempati rumah barunya di Desa Sepakat, Kecamatan Masamba,Luwu Utara,dan masuk dalam Unit Transmigrasi Buso. Bersama dengan warga transmigrasi lainnya, Idham mengikuti program pertanian sesuai arahan petugas pemerintahan setempat. Mengelola perkebunan kakao merupakan salah satu bidang usaha yang digelutinya.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997 justru membuat para transmigran dibanjiri rezeki lantaran tingginya harga jual hasil perkebunan kakao di pasaran. Berkat penghasilan perkebunan kakao tersebut,Idham bahkan mampu menunaikan ibadah haji pada 1998. Kakao memang merupakan salah satu komoditas utama yang dihasilkan Kabupaten Luwu Utara dan merupakan tanaman perkebunan yang produksinya cukup besar.

Pemkab Luwu Utara sendiri telah membuka lahan transmigrasi dengan luas mencapai 1440 hektare (ha) dari total areal lahan yang disiapkan sebesar 4370 ha. Saat ini, jumlah transmigran yang telah ditempatkan di Luwu Utara mencapai 824 KK atau sebanyak 3.758 jiwa, yang terbagi dalam empat unit transmigrasi (UT) yakni, Buso, Bantimurung, Pongkase, dan Maipi.

Sebagian besar warga transmigran yang kini berada di Bumi I Lagaligo itu adalah mereka yang berasal dari Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Selain mengelola kakao, para transmigran juga mengelola perkebunan kepala sawit yang juga merupakan salah satu komoditas andalan Kabupaten Luwu Utara.

Menurut data Pemkab Luwu Utara,produksi tanaman kelapa sawit setiap tahun mengalami peningkatan. Pada 2006, produksi kelapa sawit tercatat sebanyak 47.367,21 ton. (abdullah nicolha)

No comments: