Friday, June 5, 2009

Teknik Pembuatan Perahu Meniru Zaman Dulu

PELAYARAN MANDAR-JEPANG (2)



Wednesday 03 June 2009

Perahu utama yang digunakan dalam ekspedisi The Sea Great Journey versi laut oleh peneliti asal Jepang dan membedakan perjalanan Prof. Sekino melewati darat adalah perahu karya orang Mandar.

PERAHU ini diberi nama jomon, suatu era atau pembagian zaman dalam sejarah Jepang.

Dengan kata lain, jenis perahu layar paling kuno (yang digunakan manusia bermigrasi) pada dasarnya tidak diketahui persis bentuknya. Untuk itu diambil jalan tengah: dibuat perahu yang dianggap kuno dengan cara paling tradisional yang bisa dilakukan tukang perahu setempat.

Maka dibuatlah perahu yang hanya menggunakan satu batang kayu berukuran panjang sekitar tujuh meter, lebar dan tinggi lebih satu meter, kemudian digali. Dengan alasan keamanan, dipasangi papan dek atau penutup lambung (bisa diperkirakan bagian ini tidak ada pada perahu-perahu jaman dulu) dan cadik (agar perahu tidak mudah terbalik).

Untuk membuatnya lebih bernuansa kuno (tradisional) maka pembuatannya digunakan cara paling tradisional, yakni hanya boleh menggunakan kapak, cangkul kayu, parang, dan ketam. Dengan hanya menggunakan alat itu, tukang perahu masih mampu.

“Gergaji, bor baik manual maupun listrik tidak boleh digunakan. Jadi bisa dibayangkan begitu rumitnya pembuatan perahu ini sebab tukang-tukang sudah amat terbiasa menggunakan alat-alat modern. Ya, bor listrik masih bisa ditoleransi sebab masih baru. Tapi bagaimana dengan gergaji? Bukankah gergaji sudah ada jauh sebelum tukang perahu yang membuat perahu saat ini lahir,” cetus Peneliti muda Kebudayaan Bahari Muhammad Ridwan Alimuddin.

Sebagai alat pemotong kayu, maka tukang menggunakan parang, kampak, atau pahat. Agar rata/halus, digunakan ketam. Perahu ini bentuknya amat sederhana. Hanya kayu yang digali dan ditutupi dek. Tidak ada papan tambahan atau papang tombo/tobo. Tak ada pa’lea atau sangawing (papan tambahan yang akan menjadi haluan/buritan perahu), dan tak ada paccong (ujung perahu yang menonjol ke atas). Bagian-bagian tersebut selalu ada pada perahu-perahu bercadik di Mandar.

Jadi, perahu utama yang digunakan bukanlah perahu khas Mandar yang pernah dikenal. Maksudnya, sejauh penggalian referensi baik pustaka maupun informasi masyarakat setempat, bentuk perahu demikian tidak dikenal di Mandar saat ini. Meski demikian, ada pelaut Mandar menggunakan perahu Jomon yang mirip olanmesa dan bilolang.

Di bagian tubuh/lambung perahu, konstruksi cadik dan katir mengandung kekhasan budaya bahari Mandar dalam unsur pengetahuan dan teknologi. Itu dapat dilihat dalam cara/bentuk ikatan antara cadik dengan katir. Demikian juga sanggar kemudi di bagian buritan, masih menerapkan teknologi pembuatan perahu Mandar.

Pada dasarnya, ekspedisi The Sea Great Journey versi laut tak semata-mata berdasar pada kebudayaan Mandar, khususnya pada bentuk perahu utama. Ini perlu ditekankan agar tidak terjadi kesalahpahaman, baik di masyarakat maupun di luar Mandar. Kegiatan pelayaran The Sea Great Journey berdasar pada konsep “menggunakan cara kuno”. (abdullah nicolha/bersambung).

No comments: