Wednesday, June 16, 2010

2.569 Hektare Padi Rusak

Wednesday, 16 June 2010
SENGKANG(SI) – 2.569 hektare (ha) sawah di Kabupaten Wajo terancam puso (rusak) akibat banjir yang melanda sebagian besar wilayah berjuluk Kota Santri itu.

Selain merusak lahan pertanian, banjir juga merusak jalan dan jembatan serta beberapa fasilitas umum, seperti sekolah, masjid, puskesmas. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo, dari 64.799 ha luas lahan sawah,4.878 ha di antaranya tergenang air.Dari 4.878 ha,2.569 ha yang masih berumur 1–2 pekan terancam puso.

“Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, ada sekitar 2.569 ha padi terancam puso karena tergenang air,”kata Kadis Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo DRH Ida Bagus Putu Artana kepada Seputar Indonesia(SI),kemarin.

Menurut dia, data tersebut telah diproses untuk mendapat bantuan benih melalui program Cadangan Benih Nasional (CBN). Kementrian Pertanian juga sudah dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Wajo.

“Itu merupakan salah satu langkah pemerintah untuk memberi bantuan kepada warga yang dilanda banjir,khususnya petani.Kami telah usulkan agar benih tersebut diganti dan telah dilaporkan ke tingkat provinsi,”ujarnya.

Sementara itu, dari data yang dihimpun beberapa daerah yang dilanda banjir,di antaranya Kecamatan Belawa,Tanasitolo,Tempe, Sabbangparu, Pammana, Penrang, Pitumpanua.

Hingga kemarin, banjir dan genangan air di sebagian wilayah tersebut masih dirasakan masyarakat. Akibat tingginya curah hujan di Kecamatan Belawa, Luapan air menjebol 200 meter tanggul Sungai Bila yang mengakibatkan lima desa di daerah itu terendam. Di Kecamatan Pitumpanua,sekitar 20.3 km ruas jalan, 3 unit jembatan gantung, 2 plakat duiker,dan 20 meter bahu jalan mengalami kerusakan.

Sementara di Kecamatan Penrang, jalan yang rusak sekitar 600 meter dan di Kecamatan Majauleng sekitar 450 ha sawah terendam dan 350 ha tanaman padi terancam puso. “Hampir seluruh tanaman padi yang terendam adalah tanaman yang masih muda,” ungkap Kabag Humas dan Protokol Pemkab Wajo Hasri.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Kecamatan Tanasitolo, banjir yang melanda daerah itu tercatat 1.095 unit rumah mengalami kerusakan. “Ada sekitar 1.095 unit rumah warga rusak, ditambah sekitar 66.55 ha lahan persawahan dan 5.769 meter jalan yang juga rusak oleh luapan air Danau Tempe,”ungkap Camat Tanasitolo Ahmad Jahran.

Bupati Pantau Lokasi Banjir

Banjir yang masih menggenangi ratusan rumah di Kecamatan Tempe,Kabupaten Wajo,membuat orang nomor satu di Bumi Lamaddukkelleng itu turun langsung melakukan peninjauan.

Bupati Wajo Andi Burhanuddin Unru bersama jajarannya didampingi Kapolres Wajo AKBP Nanang Purnomo, memantau lokasi banjir dengan menyisir lorong- lorong rumah yang tergenang banjir dengan perahu.

Seusai memantau, Bupati Wajo meminta Kadinsos Andi Tenri Liweng dan dinas terkait segera membentuk pusat posko bantuan penanggulan bencana untuk menindaklanjuti kendala-kendala yang dihadapi masyarakat.

Rencananya, posko induk tersebut akan dipusatkan di Kantor Gabungan Dinas dekat Lapangan Merdeka Sengkang. “Banjir ini sudah bertaraf tinggi.Karena itu, kami harus secepatnya membuat posko induk penanggulangan bencana untuk menghindari risiko fatal yang mungkin saja akan menimpa masyarakat,”tuturnya.

Selain itu,tim medis harus selalu dipersiapkan karena genangan air yang semakin meninggi pasti akan membawa penyakit kepada masyarakat. Hingga kini pemerintah sedang mendata akibat yang ditimbulkan banjir dan sedang menunggu bantuan pemerintah pusat untuk membantu warga yang tertimpa musibah tersebut.

Dari pantauan, kebanyakan warga memasang timbunan tanah untuk menghindari ancaman rumah yang hanyut oleh derasnya air sungai, khususnya rumah yang berada di pinggiran sungai.

Banjir Masih Rendam Soppeng

Sementara itu, di Kabupaten Soppeng, banjir masih menggenangi ratusan permukiman warga dan ribuan hektare sawah di daerah berjuluk Kota Kalong itu. Bahkan, Selasa (15/6) malam, luapan sungai di Kecamatan Lilirilau memutus jalur ke Kabupaten Wajo setinggi betis orang dewasa yang memacetkan arus lalu lintas.

“Tadi malam,saya lama menunggu air surut saat ingin melintas di Cabbenge Lilirilau. Pukul 22.00 Wita,saya baru bisa melewati jalan itu,” kata salah seorang warga Lilirilau,Nur,32.

Dia mengaku takut melintasi jalan tersebut karena sebelumnya ada warga yang mengendarai motor terseret arus air hingga masuk di lahan sawah. “Makanya saya takut lewat,nanti terbawa arus juga,” tutur dia.

Dari informasi yang dihimpun, sebagian wilayah Soppeng masih digenangi banjir, seperti di Kecamatan Marioriawa, akibat luapan air Danau Tempe. (abdullah nicolha)

No comments: